Pengertian Ilmu Kalam
Menurut ahli tata
bahasa Arab, kalam didefinisikan sebagai ‘kata’ atau ‘lafaz’ dengan
bentuk majemuk(ketentuan /perjanjian ). Secara teknis , kalam berarti alasan
atau argument rasional untuk memperkuat pernyataan. Nama lain dari Ilmu
Kalam diantaranya: Ilmu Aqaid (Ilmu Akidah-Akidah),Karena ilmu ini seseorang
diharapkan agar meyakini dalam hatinya secaraa mendalam dan mengikatkan dirinya
hanya kepada Allah sebagai Tuhan. Ilmu Tauhid (Ilmu Tentang ke-Maha-Esa-an Tuhan),Dinamakan begitu
karena ilmu ini mengajak orang agar meyakini dan mempercayai hanya pada satu
Tuhan yaitu Allah SWT. Ilmu Ushuluddin (Ilmu Pokok-Pokok Agama
),karena ilmu ini membahas pokok-pokok keagamaan yaitu keyakinan dan
kepercayaan kepada Tuhan. Disebut juga ‘Teologi Islam‘. ‘Theos’ = Tuhan; ‘Logos’ =
Ilmu.Berarti ilmu tentang ketuhanan yang didasarkan atas prinsip-prinsip dan
ajaran islam; termasuk didalamnya persoalan-persoalan gaib. Ilmu = pengetahuan;
Kalam = ‘pembicaraan’; pengetahuan tentang pembicaraan yang bernalar
dengan menggunakan logika. Dasar Ilmu Kalam adalah dalil-dalil fikiran (dalil
aqli). Dalil Naqli (al-Qur’an dan Hadis ) baru dipakai sesudah ditetapkan
kebenaran persoalan menurut akal pikiran[1].
Menurut istilah,banyak definisi yang
dikemukan oleh para ahli tentang ilmu kalam yang kesemuanya itu berkisar pada
permasalahan kepercayaan dan cara menguraikan kepercayaan itu.Diantara definisi
tersebut adalah:
-Ibnu khaldun mengatakan bahwa Ilmu Kalam adalah ilmu yang
berisi alasan-alasan mempertahankan kepercayaan iman dan menggunakan dalil-dalil
pikiran sebagai bantahan terhadap terhadap orang-orang yang menyeleweng dari
kepercayaan golongan salaf dan Ahli Sunnah[2].
-Muhammad ‘Abduh berpendapat bahwa Ilmu Kalam adalah ilmu yang
membicarakan tentangwujud Tuhan,sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya,sifat-sifat
yang tidakada pada-Nya, sifat-sifat yang mungkin ada pada-Nya dan membicarakan
tentang Rasul-Rasul Tuhan serta sifat-sifat-Nya,baik sifat wajib,mustahil maupun
jaiz[3].
Dari beberapa pendapat tersebut dapat diketahui bahwa
theology atau Ilmu Kalam adalah ilmu yang secara khusus membahas tentang masalah yang berkaitan
dengannya berdasarkan dalil-dalil yang menyakinkan. Dengan demikian, orang yang
mempelajarinya dapat mengetahui bagaimana cara-cara untuk memiliki keimanan dan
bagaimana menjaga keimanan tersebut.
Perkataan kalam dapat kita temukan dalam
Al-Quran seperti tercantum dalam:
1.Q.S.Al-Baqarah:75
tbqãèyJó¡o Artinya:” Mereka mendengar kalam Allah” zN»n=2 «!$
2.Q.S.Al-Baqarah:253
Nßg÷YÏiB Artinya:”Di antara mereka orang yang langsung berkata dengan Allah”
`¨B zN¯=x. ª!$# (
3.Q.S.An-Nisa’:164
zN¯=x.ur Artinya:”Dan Allah telah berkata langsung
dengan Musa”
ª!$# 4ÓyqãB $VJÎ=ò6s? ÇÊÏÍÈ
Ilmu Kalam sebagai disiplin ilmu yang
berdiri sendiri disebutkan untuk pertama kali pada masa Khalifah ‘Abbasiyah,
Al-Ma’mun (W. 218 H), setelah ulama-ulama Muktazilah mempelajari kitab-kitab
filsafat yang diterjemahkan kedalam bahasa Arab dipadukan dengan metode Ilmu
Kalam. Sebelum masa Al-Ma’mun, ilmu yang membicarakan masalah kepercayaan
disebut Al-Fiqh sebagai imbangan fiqh Fil ilmi, yaitu tentang
hukumIslam, sebagaimana Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi) menamakan bukunya
mengenai kepercayaan agama dengan Al-Fiqh Al-Akbar, perkembangan lebih lanjut
istilah fiqh ini khusus untuk ilmu yang membicarakan
perrsoalan-persoalan hukum-hukum Islam. Ilmu
Kalam belakangan juga dikenal dengan teologi Islam yang sudah lama dikenal penulis-penulis
Barat. Dalam pembahasan para ahli ketimuran selalu digunakan theology (Islam)
untuk Ilmu Kalam ini. Ilmu Kalam/teologi Islam timbul karena Islam sebagai
agama merasa perlu menjelaskan poko dasar agamamya dan segi-segi dakwah sebagai
tujuan Al-Qur’an dan Sunah. Dua dasar ini membicarakan wujud Tuhan yang segala
aspeknya dan mengatakan hubungan-Nya dengan makhluk. Ilmu Kalam belum dikenal
pada masa Nabi Muhammad SAW. Selang beberapa periode, setelah ilmu-ilmu
keIslaman satu-persatu mulai muncul dan banyak orang membicarakan soal
metafisika/alam gaib, dalam ilmu ini terdapat berbagai golongan dan aliran,
kurang lebih 3 abad lamanya kaum muslimiin melakukan berbagai perdebatan baik
sesama pemeluk Islam maupun dengan pemeluk agama lain, akhirnya kaum muslimin
mencapai ilmu yang membicarakan dasar-dasar akidah dan rinciannya; baik oleh
faktor dari dalam Islam sendiri maupun karena faktor dari luar Islam karena
berbagai persoalan kalam yang muncul, timbullah bermacam-macam aliran kalam.
B.MODEL-MODEL
PENELITIAN ILMU KALAM
Secara garis besar, penelitian ilmu kalam dapat
dibagi dalam dua bagian. Pertama, penelitianyang bersifat daar dan pemula, dan
kedua, penelitian yang bersifat lanjutan atau pengembangan dari penelitian
model pertama. Penelitian model pertama ini sifatnya baru pada tahap membangun
ilmu kalam menjadi suatu disiplin ilmu dengan merujuk pada Al-Qur’an dan hadits
serta berbagai pendapat tentang kalam yang dikemukakan oleh berbagai aliran
teologi. Sedangkan penelitian model kedua sifatnya hanya mendeskripsikan tentang adanya kajian
ilmu kalam dengan menggunakan bahan rujukan yang dihasilkan oleh penelitian model
pertama.
1.Penelitian Pemula
1.Penelitian Pemula
Melalui penelitian model pertama dapat kita
jumpai sejumlah referensi yang telah disusun oleh para ulama selaku peneliti pertam yang sifat
dan keadaannya telah disenutkan diatas. Dalam kaitan ini kita jumpai berbagai
karya hasil penelitian pemula sebagai berikut: a.Model Abu Manshur Muhammad bin
Muhammad bin Mahmud Al-Maturidi Al-Samarqand
Abu Mansur Muhammad Bin Muhammad Bin Mahmud
Al-Maturidy Al-Samarqandy telah menulis buku teologi berjudul Kitab al-Tauhid.
Dalam buku tersebut selain dikemukakan riwayat hidup secara singkat dari
Al-Maturidy, juga telah dikemukakan berbagai masalah yang detail dan rumit
dibidang ilmu kalam. Diantaranya dibahas tentang cacatnya taklid dalam hal
beriman, serta kewajiban mengetahui agama dengan dalil al-sama’ (dalil nakli)
dan dalil akli; pembahasan tentang alam, antrophormisme atau paham jisim pada
tuhan, sifat-sifat allah, perbedaan paham diantara manusia tentang cara Allah
menciptakan makhluk, paham qadariyah; qada’ dan qadar; masalah keimanan; serta
tidak adanya dispensasi dalam hal islam dan iman[4].
b.Model
Al-Imam Abi Al-Hasan bin Ismail Al-Asy’ari
Al-Imam Abi Hasan Ali bin Ismail
Al-Asy’ari yang wafat pada tahun 330 Hijriyah telah menulis buku berjudul Maqalat
al-Islamiyyin wa ikhtilaf al-Mushollin. Buku ini telah ditahkik oleh Muhammad Muhyiddin
‘Abd al-Hamid. Seseorang yang ingin mengetahui sacara mendalam tentang teologi
ahlu sunnah mau tidak mau harus mempelajari buku ini. Dalam buku tersebut
dibahas tentang perbedaan pendapat disekitar penanggung arasy (hamalatul
arasy), kebolehan bagi Allah dalam menciptakan alam, tentang al-quran,
perbuatan hamba, kehendak Allah, kesanggupan manusia, perbuatan manusia dan
binatang, kelahiran, imamah (kepemimpinan), masalah kerasulan, masalah
keimanan, janji baik buruk, siksaan bagi anak kecil, tentang tahkim (abitrase),
hakikat manusia, alliran khawarij dengan berbagai sektenya, Dan lain sebagainya.
c.Model ‘Abd
Al-Jabbar bin Ahmad
Abd Al-Jabbar bin Ahmad telah menulis
buku yang berjudul Syarh al-ushul al-khamsah yang tebalnya mencapai 805
halaman.Buku ini telah ditahkik oleh Doktor Abd al-karim usman.Bagi seseorang
yang ingin mengkaji tentang ajaran-ajaran muktazilah secara mendalam dan
mendetail mau tidak mau harus membaca buku ini dengan sikap yang wajar dan
obyektif tanpa didahului oleh buruk sangka.Dalam buku tersebut dibahas tentang
ajaran pokok muktazilah itu ada lima,yaitu al-Tauhid yaitu mengesakan
Allah,al-Adl yaitu paham keadilan Tuhan,al-wa’ad al-wa’id yakni paham janji
baik dan buruk di akhirat, al-manzilah baina manzilatain serta amar ma’ruf nahi
mungkar.Kelima ajaran dasar muktazilah itu dibahas secara mendetail dalam buku
ini.Di antaranya kewajiban yang utama dalam mengetahui Allah,makna wajib, makna
keburukan, hakikat pemikiran dan macam-macamnya pembagian manusia,urusan dunia
dn akhirat,makna berfikir, dan sebagainya.
d.Model Thahawiyah
Imam Thahawiyah telah menulis buku yang telah ditahkik oleh sekelompok
para ulam dan diperiksa oleh Muhammad Nashir al-din al-Bayai.Buku yang
tebalnya536 halaman ini secara keseluruhan membahas teologi di kalangan ulama
salaf,yaitu ulama yang belum dipengaruhi pemikiran Yunani dan pemikiran lainnya
yang berasal dari luar islam,atau bukan Al-Quran dan As-Sunnah. Dalam buku ini
antara lain dibahas tentang kewajuban
mengimani apa yang dibawa oleh para rasul,kewajiban mengikuti ajaran para
rasul,makna tauhid,tauhid uluhiyah dan tauhid rububiyah, tafsir potongan ayat laista
ka mitslihi syaiun ,sifat-sifat zat dan sifat perbuatan bagi Allah,dan lain
sebagainya.
e.ModelAl-ImamAl-HaramainAl-Juwainy(478H)
Imam Al-Haramain Al-Juwainy yang dikenal sebagai guru dari Imam Ghazali menulis buku berjudul al-Syamil fi Ushul al-Din. Didalam buku ini telah dibahas tentang penciptaan alam yang didalamnya dibahas tentang hakikat jauhar (substansi), arad (aksiden) menurut berbagai pendapat para ahli; kitab tauhid yang didalamnya dibahas tentang hakikat tauhid, kelemahan kaum mu’tazilah, penolakan terhadap pendapat yang mengatakan bahwa Tuhan memiliki jism; pembahasan tentang akidah; kajian tentang dalil atas kesucian Allah SWT, pembahasan tentang ta’wil; pembahasan tentang sifat-sifat bagi Allah; masalah ilat atau sebab.
Selain buku diatas Imam al-Haramain juga telah menulis buku berjudul Kitab al-Irsyad ila Qawathi’ al-Adillah fi Ushul al-‘Itiqad li Imam al-Haramain al-Juwainy. Dalam buku ini dibahas antara lain tentang ketentuan berpikir, hakikat ilmu, barunya alam, sifat-sifat yang wajib bagi Allah, penentuan sifat ilmu dengan sifat maknawiwah, tentang dapat dilihatnya Allah di akhirat, penciptaan perbuatan, paham tentang daya, tentang perbuatan yang baik dan terbaik, penetapan tentang kenabian, tentang sifat-sifat kehidupan akhirat, tentang taubat, dan tentang iman.
f. Model Al-Ghazali (w.1111M.)
Imam Al-Haramain Al-Juwainy yang dikenal sebagai guru dari Imam Ghazali menulis buku berjudul al-Syamil fi Ushul al-Din. Didalam buku ini telah dibahas tentang penciptaan alam yang didalamnya dibahas tentang hakikat jauhar (substansi), arad (aksiden) menurut berbagai pendapat para ahli; kitab tauhid yang didalamnya dibahas tentang hakikat tauhid, kelemahan kaum mu’tazilah, penolakan terhadap pendapat yang mengatakan bahwa Tuhan memiliki jism; pembahasan tentang akidah; kajian tentang dalil atas kesucian Allah SWT, pembahasan tentang ta’wil; pembahasan tentang sifat-sifat bagi Allah; masalah ilat atau sebab.
Selain buku diatas Imam al-Haramain juga telah menulis buku berjudul Kitab al-Irsyad ila Qawathi’ al-Adillah fi Ushul al-‘Itiqad li Imam al-Haramain al-Juwainy. Dalam buku ini dibahas antara lain tentang ketentuan berpikir, hakikat ilmu, barunya alam, sifat-sifat yang wajib bagi Allah, penentuan sifat ilmu dengan sifat maknawiwah, tentang dapat dilihatnya Allah di akhirat, penciptaan perbuatan, paham tentang daya, tentang perbuatan yang baik dan terbaik, penetapan tentang kenabian, tentang sifat-sifat kehidupan akhirat, tentang taubat, dan tentang iman.
f. Model Al-Ghazali (w.1111M.)
Imam Al-Ghazali telah pula menulis buku
berjudul al-Iqtishad fi al-I’tiqad. Dalam buku ini dibahas tentang
pembahasan bahwa ilmu sebagai fardlu kifayah, pembahasan tentang zat Allah,
tentang qadimnya alam, tentang bahwa pencipta alam tidak memiliki jism, karena
jism memerlukan pada materi dan bentuk; dan penetapan tentang kenabian Muhammad
SAW.
g. Model Al-Amidy (551-631H)
Saif al-Din Al-Amidy menulis buku berjudul Ghayah
al-Maram fi Ilmu Kalam. Dalam buku ini telah dibahasa tentang sifat-sifat yang
wajib bagi Allah, sifat-sifat nafsiyah yaitu sifat iradah, sifat ilmu, sifat
qudrat, sifat kalam dan sifat idrakat; pembahasan tentang keesaan Allah Ta’ala,
perbuatan yang bersifat wajib al-wujud, tentang tidak ada pencipta selain
Allah, tentang barunya alam serta tidak adanya sifat tasalsul dan tentang
imamah.
f. Model Al-Syahrastani Syaikh Al-Imam Al-Alim Abd Al-Karim Al-Syahrastani
Syahrastani menulis buku berjudul kitab Nihayah al-Iqdam fi Ilmi
al-Kalam. Dalam
buku ini dibahas dua puluh masalah yang berkaitan dengan teologi. Diantaranya
tentang baharunya alam, tauhid, tentang sifat-sifat azali, hakikat ucapan
manusia, tentang Allah sebagai yang maha Mendengar dan perbuatan yang dilakukan
seorang hamba sebelum datangnya syariat.
Selanjutnya dalam karyanya berjudul Al-milal wa al-nihal,yang tebalnya
50 halaman, Syahrastani selain berbicara
tentang islam,iman dan ihsan,juga membahas berbagai aliran dalam teologi islam
seperti muktazilah lengkap dengan
tokoh-tokohnya,al-asy’ariyah,al-musyabihah,karamiyah,khawarij,murjiah,syiah dan
lengkap dengan berbagai aliran di dalamnya.
g.Model
Al-Bazdawi
Al-Bazdawi
yang oleh sebagian peneliti dimasukkan sebagai kelompok Asy’ariyah menulis buku
berjudul Kitab Ushul al-Din. Dalam buku ini dibahas tentang perbedaan
pendapat para ulama mengenai mempelajari ilmu kalam, mengajarkan dan
menyusunnya, perbedaan pendapat para ulama mengenai sebab-sebab seorang hamba
mengetahui sesuatu, pancaindera yang lima, definisi mengenai ilmu pengetahuan,
macam-macam ilmu pengetahuan, pendapat ahli al-sunnah mengenai alam sebagai
sesuatu yang mencakup segala yang maujud, pembahasan tentang keesaan Allah
tanpa sekutu, tentang tidak ada sesuatu yang serupa dengan Allah, tentang Allah
sebagai Pencipta alam semesta, tentang bahwa Allah Ta’ala berbicara dengan
perkataan yang sifatnya qadim, tentang kehidupan di akhirat dan masih banyak
lagi masalah teologi yang dibahas hingga mencapai 97 permasalahan.
Seluruh penelitian yang
dilakukan para ulama yang hasilnya telah dituangkan dalam berbagai buku tersebut dapat dikategorikan sebagai penelitian pemula.
2.Penelitian Lanjutan
Selain penelitian yang bersifat pemula sebagaimana
tersebut, dalam bidang ilmu kalam ini juga dijumpai penelitian yang bersifat
lanjutan. Penelitian lanjutan yaitu penelitian atas sejumlah karya yang
dilakukan oleh para peneliti pemula. Pada penelitian lanjutan ini, para
peneliti mencoba melakukan dekripsi, analisis, klasifikasi,dan generalisasi.
a.Model abu Zahrah
Abu zahrah mencoba melakukan
penelitian terhadap berbagai aliran dalam bidang politik dan teologi yang
dituangkan dalam karyanya berjudul Tarikh al-Mazahib al-islamiyah fi
al-siyasah wa al-‘Aqaid. Ada beberapa masalah yang dikemukakan dalam dalam penelitiannya ini yaitu,
objek-objek yang dijadikan pangkal pertentangan oleh berbagai aliran dalam
bidang politik yang berdampak pada teologi. Selanjutnya, dikemukakan tentang
berbagai aliran dalam mazhab syi’ah yang mencapai dua belas golongan,
selanjutnya dikemukakan pula aliran khawarij dengan berbagai sektenya yang
jumlahnya itu ada enam aliran lengkap dengan berbagai pandangan teologinya.
b.Model Ali Musthafa Al-Ghurabi
b.Model Ali Musthafa Al-Ghurabi
Ali Musthafa Al-Ghurabi, sebagaimana Abu Zahrah
tersebut, memusatkan penelitiannya pada masalah berbagai aliran yang terdapat
dalam islam serta pertumbuhan ilmu kalam di kalangan mayarakat islam. Hasil
penelitiannya ia tuangkan dalam karyanya berjudul Tarikh
al-Firaqal-Islamiyah waNasy’atuilmualKalam‘indalMuslimun.
c.ModelAbdAlLathifMuhammadAl-‘Asyr
Abd Al-Lathif Muhammad Al-‘Asyr khusus telah
melakukan penelitian terhadap pokok-pokok pemikiran yang dianut aliran Ahl
Sunnah. Hasil penelitiannya ini telah dituangkan dalam karyanya berjudul al-Ushul
al-Fikriyyah li Mazhab Ahl Sunnah.
d.Model Ahmad
Mahmud Syubhi
Ia adalah dosen filsafat
Islam Fakultas adab Universitas Iskandariyah, telah melakukan penelitian dalam
bidang teologi islam yang dituangkannya dalam kitab yang berjudul fi Ilmi
Kalam dalam dua buku. Buku pertama khusus berbicara mengenai aliran
mu’tazilah lengkap dengan ajaran dan tokoh-tokohnya. Dan buku kedua khusus
berbicara tentang aliran Asy’ariyah lengkap dengan
ajarandantokoh-tokohnya.
e. Model Ali Sami Al-Nasyr dan Ammar Jami’iyAl-Thaliby
Keduanya telah melakukan
penelitian khusus terhadap akidah kaum salaf dengan mengambil tokoh ahmad Ibn
Hambal, Al-Bukhori, Ibn Kutaibah dan Usman Al-Darimy. Dalam buku tersebut telah
diungkap tentang pemikiran kaum salaf yang berasal dari tokoh-tokohnya yang
menonjol itu. Dari kalangan ulama Indonesia yang melakukan penelitian terhadap
pemikiran teologi ulama salafiyah dilakukan oleh Abubakar Atjeh yang tertuang
dalam bukunya yang berjudul Salaf (Salaf as-Shalih Islam Dalam Masa Murni).
Dalam Buku tersebut dikemukakan tentang kelebihan salaf, pandangan salaf
terhadap al-Qur’an As-Sunnah, salaf dan keyakinan dan hukum, juga dibahasa
tentang pertumbuhan aliran yang terdiri dari sebab-sebab pertumbuhan aliran,
Ahmad bin Hambal,bantuan Asy’ari, bantuan Maturidi, dan salaf Tabi’in
f.Model Harun Nasution
Harun
Nasution yang dikenal sebagai Guru Besar Filsafat dan Teologi sangat banyak
mencurahkan perhatiannya pada penelitian di bidang pemikiran Teologi Islam
(ilmu kalam). Salah satu hasil penelitiannya yang selanjutnya dituangkan buku
adalah buku yang berjudul fi ilmi al-kalam(Teologi Islam).Dalam buku tersebut
selain dikemukakan tentang sejarah timbulnya persoalan-persoalan tentang
teologi dalam islam,juga dikemukan tentang berbagai aliran dalam teologi islam
lengkap dengan tokoh-tokoh dan pemikirannya.