Wednesday, April 15, 2015

Tafsir bil Ma’tsur: Pengertian, Karakteristik, Ciri-Ciri serta Kitab Tafsirnya



A.Pendahuluan
              Al-Qur’an merupakan kalamullah yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril, dan Nabi Muhammad SAW menyampaikannya kepada ummatnnya. Para sahabat yang hidup bersama Nabi tidak kesulitan dalam memahami Al-Quran. Disamping karena Al-Qur’an menggunakan bahasa mereka, juga karena mereka sering mendapatkan pengajaran dan penjelasan dari Nabi[1]. Akan tetapi tidak semua sahabat mengetahui makna yang terkandung dalam al-Qur’an, antara satu dengan yang lainnya sangat variatif dalam memahami isi dan kandungan al-Qur’an. Sebagai orang yang paling mengetahui makna al-Qur’an, Rasulullah selalu memberikan penjelasan kepada sahabatnya. Metode penafsiran Al-Qur’an pada masa Nabi adalah penjelasan secara langsung oleh beliau sendiri, sebab orang yang paling memahami Al-Qur’an adalah Rasulullah, ketika para sahabat menanyakan tentang suatu makna dari suatu ayat tertentu, maka Rasullulah yang langsung memberikan penjelasan kepada para sahabat. Keadaan ini terus berlangsung sampai Nabi wafat[2]. Sebagaimana firman Allah:
وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ -٤٤
Artinya: ” ...Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan”.
           Bentuk penafsiran tersebut disebut juga dengan tafsir bil ma’tsur. Dalam pembahasan berikutnya akan dijelaskan mengenai pengertian tafsir bil matsur, karakteristiknya, ciri-cirinya dan juga contoh-contoh kitab tafsir yang menggunakan bentuk tafsir bi ma’tsur. Dengan mengetahui pembahasan ini kita dapat menggolongkan suatu kitab tafsir menggunakan tafsir bil ma’tsur karena mengetahui karakteristik dan ciri-cirinya. Dan juga membahas beberapa kitab tafsir yang termasuk kitab tafsir bil ma’tsur.
          


B.Pengertian Tafsir Bil Ma’tsur
           Pengertian tafsir bil matsur secara bahasa adalah berasal dari kata atsara artinya bekas. Dan tafsir bil mat’sur disebut juga tafsir bir riwayah karena berdasarkan riwayat-riwayat yaitu Al-Quran dan Hadits dan selainnya.  Tafsir bil ma’tsur disebut juga tafsir bi naqli, karena riwayatnya berdasarkan pemindahan dari satu orang ke orang lain atau sesuatu yang  ditranferkan.
           Sedangkan menurut istilah para ulama mendefinisikan tafsir bil matsur diantaranya, menurut Manna’ Al-Qaththan,  tafsir bil matsur adalah tafsir yang berdasarkan kutipan-kutipan yang shahih yaitu menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, Al-Qur’an dengan Hadits Nabi yang berfungsi untuk menjelaskan Kitab Allah, dan juga dengan perkataan sahabat karena merekalah yang lebih mengetahui Kitab Allah atau dengan apa yang dikatakan tokoh-tokoh besar tabi’in karena pada umumnya mereka menerimanya dari para sahabat[3].
           Menurut Muhammad Al-Zarqani,  tafsir bil matsur adalah penafsiran ayat Al-Qur’an dengan ayat Al-Quran, Al-Qur’an dengan Sunnah Nabi, dan para sahabat[4]. Sedangkan menurut Muhammad Husein Adz-Dzahabi, tafsir bil matsur adalah penafsiran yang bersumber ayat Al-Qur’an dengan ayat Al-Quram, dengan Hadits nabi, perkataan sahabat dan juga tabiin, tabi’ tabiin  termasuk dalam kerangka tafsir riwayat meskipun mereka tidak secara langsung menerima tafsir dari Rasullullah SAW[5].
          Berdasarkan definisi tersebut tafsir bil ma’tsur adalah penafsirannya terfokus pada riwayat-riwayat yaitu dengan menggunakan penafsiran Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, penafsiran Al-Qur’an dengan sunnah, penafsiran Al-Qur’an dengan perkataan para sahabat dan lain sebagainya.Dalam tradisi studi Al-Qur’an klasik, riwayat merupakan sumber penting di dalam pemahaman teks Al-Qur’an. Sebab Nabi Muhammad SAW. Adalah  sebagai mufassir pertama terhadap Al-Qur’an. Dalam konteks ini muncul istilah metode tafsir riwayat. Karena pada masa Rasullulah, sahabat menerima riwayat-riwayat atau penjelasan Al-Quran dari Nabi Muhammad SAW. Lalu sahabat tersebut menyampaikan riwayat tersebut kepada sahabat yang lainnya begitu juga seterusnya.
C. Karakteristik dan Ciri-Ciri Tafsir bil Ma’tsur beserta Contohnya
1.Tafsir Al-Quran dengan Al-Qur’an
             Tafsir Al-Qur’an dengan Al-Qur’an adalah satu ayat, kata atau huruf dalam Al-Qur’an ditafsirkan dengan ayat yang lainnya. Contoh seperti dalam Surah Al-Maidah ayat 1 telah ditafsirkan oleh Surah Al-Maidah ayat 3[6]:
أُحِلَّتْ لَكُم بَهِيمَةُ الأَنْعَامِ إِلاَّ مَا يُتْلَى عَلَيْكُمْ   Hewan ternak dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu”,  ayat ini ditafsirkan oleh ayat 3 dalam surah yang sama.
...حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالْدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ  Diharamkan bagimu(memakan) bangkai, darah, daging babi...” 

 Contoh lainnya dalam Firman Allah Q.S.Ath-Thariq:1 yaitu sebagai berikut:
وَالسَّمَاءِ وَالطَّارِقِ
“Demi langit dan yang datang pada malam hari” (QS. Ath-Thariq: 1)
Kata Ath-Thariq dijelaskan dengan firman-Nya lebih lanjut pada surat itu pula:
النَّجْمُ الثَّاقِبُ
“(yaitu) binatang yang cahayanya menembus” (QS. Ath-Thariq: 3)

Contoh lainnya adalah Firman Allah:
فَتَلَقَّى آَدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang” (Q.S. Al-Baqarah: 37)
Kalimat yang diterima Adam ditafsirkan dengan ayat[7]:
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“keduanya berkata (Adam dan Hawa), “wahai Tuhan kami, kemi telah menganiaya diri kami, andai kata Kamu tidak memaafkan dan mengasihi kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” (Q.S Al-A’raf: 23)



2.Tafsir Al-Qur’an dengan Hadits Nabi SAW
         Tafsir Al-Qur’an dengan Hadits Nabi SAW adalah satu ayat, kata atau huruf dalam Al-Qur’an ditafsirkan dengan hadits Nabi. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Muslim dari Uqbah bin ‘Amir berkata : “Saya mendengar Rasulullah berkhutbah diatas mimbar membaca Firman Allah[8]:
وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ
Artinya:“Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki...”
kemudian Rasulullah bersabda :
                                                                ألا إن القوة الرمي            
Ketahuilah bahwa kekuatan itu pada memanah”.
           Contoh lainnya yaitu penafsiran pada Nabi SAW. Diriwayatkan oleh Syaikhani dan selain dari keduanya. Dari Ibnu Mas’ud r.a berkata: ketika turunnya ayat ini[9]:
الَّذِينَ آمَنُواْ وَلَمْ يَلْبِسُواْ إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُوْلَـئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ -٨٢
Artinya:”Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk”.
        Yang demikian itu sulit bagi manusia dan  sahabat berkata:” wahai Rasulullah siapakah dari kita yang tidak mendhalimi dirinya sendiri?” Berkata Rasul:” tidak masalah, hal tersebut tidak seperti yang kamu sangka, apakah kamu tidak mendengar apa yang dikatakan oleh hamba yang baik (Luqmanul Hakim).(Q.S.Luqman:13)
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ -١٣                                                   
Artinya:”sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
          Rasulullah saw menafsiran kata بِظُلْمٍ dalam ayat tersebut dengan الشِّرْكَ . penafsiran ini selaras dengan penegasan Allah dalam Q.S. Luqman:13.

3.Tafsir Al-Qur’an dengan Perkataan Sahabat
         
          Tafsir Al-Qur’am dengan perkataan sahabat adalah suatu ayat, kata atau huruf dalam Al-Qur’an ditafsirkan dengan perkataan sahabat. Karena para sahabatlah yang dekat dan bersama atau berkumpul dengan Nabi SAW. Dan mereka mengambil dari sumbernya yang asli dan telah menyaksilan turunnya  Al-Quran, serta mengetahui asbabaun nuzul. Contohnya dalam penggunaan “aqwalush shahabah” dalam menafsirkan Al-Qur’an atau berkata Ibnu Abbas atau sahabat yang lainnya. Untuk melihat contohnya dapat diamati tafsir Ibn Jarir Ath-Thabari atau kitab tafsir yang lainnya yang menggunakan tafsirnya dengan perkataan sahabat. Contoh penafsiran ini tidak banyak ditemukan. Tafsi pad msa shabat yang terkenal ibnu abbas sedangkan pada masa tabiin 3 sekolah atau 3 tempat.
4.Tafsir bil Matsur juga dengan Menggunakan Riwayat Israiliyat
             Riwayat israiliyat adalah riwayat-riwayat yang berasal dari Ahli Kitab yaitu Nasrani daan Yahudi yang menjelaskan ayat Al-Qur’an. Ketika Ahli kitab masuk Islam, mereka membawa pula pengetahuan keagaamaan mereka berupa cerita-cerita dan kisah-kisah keagaamaan  Saat mereka membaca  kisah-kisah dalam Al-Quran  terkadang mereka paparkan rincian kisah tersebut yang terdapat dalam kitab-kitab mereka. Ketika mereka membaca ayat Al-Quran dan ketika ayat Al-Quran itu menyinggung kisah yang sama, mereka pun memberikan komentar berdasarkan apa yang pernah mereka baca dari kitab-kitab mereka sebelumnya[10].
            Dalam kitab tafsir Ath-Thabari banyak mengutip dari orang-orang Ahli Kitab yang menerima ajaran islam yaitu yang telah memeluk agama islam seperti Abdullah bin Salam dan Ka’ab al-Ahbar. Para sahabat seperti Abu Hurairah dan Ibnu Abbas pernah bertanya kepada orang-orang Ahli kitab tersebut tentang beberapa peristiwa masa lalu, akan tetapi tidak berhubungan dengan aqidah.



D.Contoh Kitab Tafsir yang Menggunakan Tafsir bil Matsur
1.Kitab Tafsir Ath-Thabari
         Kitab tafsir Jami’ul bayan fi takwil Al-Qur’an atau lebih dikenal dengan Tafsir Ath-Thabari adalah dikarang oleh Abu Ja’far Muhammad bin Jarir At-Thabari (224H – 310 H). Kitab tafsir ini berjumlah 12 jilid dan merupakan tafsir yang tertua. Tafsir ini merupakan referensi bagi para mufassirin terutama penafsiran yang menggunakan tafsir bil matsur.  Dan juga kitab tafsir Ath-Thabari menggunkan metode tahlili yaitu menafsirkan ayat Al-Qur’an secara tartib mashafi dan juga mengupasnya secara detail disertai dengan analisa yang tajam. 
         Beliau menafsirkan ayat al-Qur’an dengan jelas dan ringkas dengan menukil pendapat para sahabat dan tabi’in disertai sanadnya. Jikalau dalam ayat tersebut ada dua pendapat atau lebih, disebutkan satu persatu dengan dalil dan riwayat dari sahabat maupun tabi’in yang mendukung dari tiap-tiap pendapat kemudian mentarjih (memilih) diantara pendapat tersebut yang lebih kuat dari segi dalilnya[11]. Dan juga dalam penafsiran beliau juga menggunakan riwayat Israiliyat. Oleh karena itu Beliau menggunakan tafsir bil matsur dalam kitab tafsirnya.
2. Tafsir Ibnu Katsir                                                                  
             Kitab Tafsir Ibnu Katsir atau Tafsir Al-Qur’an Al-Adhim yang dikarang oleh Imaduddin Abul Fida’ Ismail bin Amr bin Katsir (705H - 774H) atau yang lebih dikenl dengan Ibnu Katsir. Tafsir Ibnu Katsir terdiri dari 4 jilid. Tafsir Ibnu Katsir merupakan tafsir terpopuler setelah Tafsir At-Thobari dengan menggunakan penafsiran bil matsur.
          Beliau sangat teliti dalam mentafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan menukil perkataan para sahabat. Beliau juga menafsirkan ayat dengan ibarat yang jelas dan mudah dipahami. Menerangkan ayat dengan ayat yang lainnya dan membandingkannya agar lebih jelas maknanya[12]. Beliau juga menyebutkan hadits-hadits yang berhubungan dengan ayat tersebut dilanjutkan dengan penafsiran para sahabat dan para tabi’in[13].


3. Tafsir Imam Suyuthi
            Tafsir Ad-Dur Mantsur fi Tafsir bil Ma’tsur atau yang lebih dikenal Tafsir Imam Suyuthi. Kitab Tafsir tersebut terdiri dari 6 Jilid. Kitab Tafsir Al-Dur Al-Manstur Fi Tafsir bil Ma’tsur karya Imam Jalaluddin As-Suyuthi merupakan salah satu karya tafsir bi matsur. Hal tersebut terlihat dalam penafsiran yaitu dalam Q.S.Al-Baqarah:30. Ketika dalam menafsirkan ayat tersebut Imam Suyuthi  mengutip hadits Rasullulah dan perkataan sahabat, diantaranya Ibnu Abbas dan Mujahid. Di samping itu dalam menafsirkannya juga mengaitkan dengan ayat yang lain dam juga beliau menafsirkan berdasarkan tartin mashafi dari Surat Al-Fatihah sampai Surat An-Nas.Dengan langkah-langkah tersebut dapat digolongkan tafsir tersebut kitab tafsir bil ma’tsur[14].
F.Penutup
            Tafsir bil Ma’tsur adalaah penafsiran yang berdasarkan ayat Al-Qur’an dengan ayat Ayat Al-Qur’an lainnya, ayat Al-Qur’an dengan Hadits Nabi SAW, ayat Al-Qur’an dengan perkataan sahabat. Tafsir bil ma’tsur berdasarkan riwayat-riwayat tersebut, oleh karena itu tafsir bil ma’tsur disebut juga dengan tafsir bi riwayat. Tafsir bi ma’tsur disebut juga dengan tafsir bi naqli.
            Karakteristik tafsir bil ma’tsur yaitu menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, Al-Qur’an dengan Hadit Nabi Saw. Al-Qur’an dengan perkataan Sahabat. Dan dalam kitab tafsir bil ma’tsur juga terdapat juga riwayat-riwayat israiliyat yaitu riwayat yang berasal dari Ahli Kitab yaitu Yahudi dan Nasrani. Israiliyat digunakan dalam penafsiran dikarenakan ada kesamaan antara Al-Quran dengan Taurat dan Injil dalam beberapa masalah, khususnya yaitu mengenai kisah-kisah umat terdahulu, dimana dalam Al-Quran dikisahkan secara singkat dan ringkas, namun di dalam kitab-kitab sebelumnya dijelaskan secara panjang lebar.
              Dalam kitab-kitab tafsir klasik seperti Kitab tafsir Ath-Thabari dan Kitab tafsir Ibnu katsir babyak mengambil riwayat-riwayat israiliyat dalam penafsirannya. Penafsiran yang berbentuk riwayat atau yang disebut juga dengan tafsir bil matsur merupakan bentuk penafsirn yang paling tua dalam sejarah kehadiran tafsir dalam khazanah intelektual Islam. Tafsir ini sampai sekarang masih terpakai dan dapat dijumpai dalam kitab-kitab tafsir seumpama kitab tafsir At-Thabari, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Ad-Dur Manstur fi Tafsir bil Ma’tsur dan lain sebagainya.
          
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hakim, Atang.dkk. 2010.Metodologi Studi Islam.Bandung :Remaja Rosdakarya
Abdul Halim,Muhammad.2012.Menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an.Bandung:Marja
Adz-Dhahabi,Muhammas Husein, 1976.Tafsir wal Mufassirun.Mesir: Dar al-Kutub wa Al- Hadits.Jilid I
 Ali Ash-Shabuni,Muhammad.1998.Studi Ilmu Al-Quran.Bandung:Pustaka Setia
 Al-Qaththan, Manna’.1973.Mabahits fi Ulum Al-Qur’an.Mansyurat Al-Ash Al-Hadits
                                , Studi Ilmu-Ilmu AL-Qur’an.terjemah Mudzakkir AS.1996. Bogor:Pustaka Litera Antar Nusa
Ath-Thabari. Kitab Tafsir Jami’ul Bayan fi Takwil Al-Qur’an.
Al-Zarqani,Muhammad.Manahil Irfan fi Ulum Al-Qur’an.
Ash-Shiddieqiy,Hasbi.2002.Ilmu Al-Qur’an Tafsir.Semarang:Pustaka Riski Putra
Baiden,Nashruddin.2005.Wawasan Baru Ilmu Tafsir.Yogyakarata:Pustaka Pelajar
Ghazali, Muqsith.dkk.2009.Metodologi Studi Al-Qur’an.Jakarta:Gramedia Pustaka
Ibnu Katsir. Kitab Tafsir Al-Qur’an Al-Adhim.
Shihab,Quraish.1992.Membumikan Al-Qur’an.Bandung:Mizan
                              , 2000.Tafsir Al-Misbah.Ciputat:Lentera Hati 
Suyuthi. Kitab Tafsir Ad-Dur Manstur fi Tafsir bil Ma’tsur
Zaini,Muhammad.2005.Ulumul Qur’an:Studi Pengantar.Banda Aceh:Yayasan PeNA


            [1]Muhammad Zaini, Ulumul Quran Suatu Pengantar ( Banda Aceh:Yayasan PeNA Banda Aceh,2005), hal.109
           [2]Atang Abdul Hakim dkk, Metodologi Studi Islam (Bandung :Remaja Rosdakarya,2010), hal.78
       [3] Manna’ Al-Qaththan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an.terjemah Muzakkir AS (Bogor:Pustaka Litera Antar Nusa, 1996), hal.482-483
        [4] Muhammd Al-Zarqani, Manahil Irfan Fi Ulum Al-Qur’an, hal.12
        [5] Muhammad Husein Adz-Dzahabi, Tafsir wal Mufassirun (Mesir:Dar Al-Kutub wa Al-Hadits,1996), hal. 45
        [6]  Muhammad Al-Zarqani, Manahil Irfan fi Ulum Al-Quran, hal.13
          [7] Ibid hal.14
      [8] Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fi ulum Al-Qur’an (Mansyurat Al-Ash Al-Hadits,1973), hal.9
      [9]Ibid, hal.9
       [10] Hasbi Ash-Shiddiqi, Sejarah Ilmu Al-Qur’an Tafsir ( Semarang: Pustaka Riski Putra,2002), hal.189
         [11] Ibnu  Jarir Ath-Thabari, Kitab Jami’ul Bayan fi Takwil Al-Qur’an, hal.10
        [12] Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu tafsir  (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2005), hal.396-397
        [13]  Ibnu Katsir, Kitab Tafsir Al-Qur’an Al-Adhim hal.15
      [14]  Imam Suyuthi, Kitab Ad-Dur Mantsur fi Tafsir bil Ma’tsur hal.10

6 comments:

  1. makalahnya begitu bagus dan keterangannya cukup jelas dan lugas

    ReplyDelete
  2. Maaf, ada beberapa kalimat yg dalam pengetikannya mungkin bisa di edit.
    Salah satu yg paling penting:

    Coba di koreksi.. di ayat
    (النجم والثاقب)
    Disitu mungkin maksud anda (Bintang dan cahayanya) tetapi di kata bintang mungkin anda salah mengetiknya..
    Trimakasih :)

    ReplyDelete
  3. Perbedaan dari kedua pengertian diatas baik secara bahasa maupun istilah itu apa??

    ReplyDelete
  4. Contoh kitab tafsir bi ma'tsur

    ReplyDelete

Pengertian Hadits Tarbawi