Thursday, April 30, 2020

Hadis Maudhu' (Hadis Palsu)


BAB I
PENDAHULUAN
            Hadis merupakan sumber hukum kedua setelah Alquran. Hadis merupakan Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi baik berupa perkataan, perbuatan dan taqrir (ketentuan). Hadis berdasarkan kualitas rawinya terdiri dari hadis s}ahih, hasan dan d}aif. Hadis s}ahih adalah hadis yang diriwayatkan oleh rawi-rawi yang ‘adil, sempurna ingatannya d}abit}, sanadnya bersambung, tidak ber’ilat dan tidak janggal syaz|. Hadis hasan dalah hadis yang diriwayatkan oleh orang yang ‘adil, kurang sempurna hafalannya, bersambung sanadnya, tidak cacat dan tidak syaz|. Sedangkan hadis d}aif adalah hadis yang tidak terkumpul darinya sifat-sifat hadis s}ahih dan hasan yaitu hadis yang tidak mempunyai sifat-sifat yang telah disepakati oleh kebanyakan ulama hadis.
            Hadit d}aif  terdiri dari beberapa pembagian yaitu hadis d}aif  berdasarkan cacat pada ke-‘adil-an dan ke-d}abit}-an rawi dan hadis d}aif  berdasarkan gugurnya rawi. Salah satu pembagian hadis d}aif berdasarkan cacat pada ke-‘adil-an dan ke-d}abit}-an rawi adalah hadis maud}u>. Hadis a maud}u> dalah hadis yang dibuat oleh seorang  pendusta. Banyak sekarang hadis-hadis yang beredar di masyarakat adalah hadis yang tidak berdasakan sanad Rasulullah dan matannya bertentangan dengan Alquran dan hadis s}ahih. Oleh karena itu dalam makalah ini akan menjelaskan dan memaparkan tentang pengertian  hadis maud}u>’, sejarah munculnya hadis maud}u>’, ciri-ciri hadis maud}u>dan karya-karyanya tersebut.



BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadis Maud}u>
            Hadis maud}u> adalah hadis yang diciptakan serta dibuat oleh seseorang (pendusta) yang diciptaannya itu dinisbatkan kepada Rasulullah SAW secara palsu dan dusta, baik disengaja atau tidak.
Hadis maud}u> yaitu hadis dalam sanadnya terdapat perawi yang berdusta atau dituduh dusta. Jadi hadis tersebut adalah hasil karangan seseorang sendiri, yang dibuat-buat atau diadakan-adakan tidak ada sumbernya.
B. Sejarah Munculnya Hadis Maud}u>
            Kesenjangan waktu anatara wafatnya Nabi dengan waktu pembukuan hadis memakan waktu sekitar 100 tahun lebih yang menyebabkan maraknya upaya-upaya pemalsuan hadis. Pada mulanya, faktor yang mendukung dan mendorong seseorang untuk melakukan pemalsuan hadis adalah faktor politik. Pada masa itu, telah terjadi pertentangan politik antara  Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi Sofyan. Para pendukung masing-masing tokoh  telah berusaha melakukan berbagai upaya untuk memenangkan perjuangan mereka. Salah satu yang dilakukan oleh sebagian mereka adalah pembuatan hadis-hadis palsu.[1] 
            Seiring dengan perjalanan waktu, gerakan pemalsuan hadis berlangsung semakin hebat. Maka bercampurlah hadis s}ahih dengan hadis maud}u>’, sehingga bermunculanlah hadis-hadis palsu misalnya tentang kelebihan empat khalifah, kelebihan ketua kelompok dan kelebihan tokoh-tokoh partai. Muncul pula hadis-hadis yang secara tegas mendoromg aliran-aliran politik atau kelompok agama-agama tertentu.[2]
            Berdasarkan data sejarah yang ada, pemalsuan hadis tidak hanya dilakukan oleh orang-orang Islam saja, melainkan dilakukan juga oleh orang-orang non-muslim. Orang-orang non-muslim membuat hadis palsu adalah untuk dan berkeinginan meruntuhkan Islam.
            Sementara orang-orang Islam tertentu membuat hadis palsu karena mereka didorong oleh berbagai tujuan. Tujuan tersebut ada yang bersifat duniawi dan ada yang bersifat agamawi. Di antara tujuan pemalsuan hadis yang dilakukan oleh orang Islam adalah untuk membela kepentingan politik, perselisihan dalam masalah ilmu kalam dan fiqih, menarik simpati orang awam, membangkitkan gairah ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, menerangkan keutamaan surat Alquran tertentu, mencari muka pada penguasa, memperoleh fasilitas dunia dan memikat hati orang yang mendengarkan kisah yang dikemukakannya dan lain sebagainya.[3]
            Dengan terjadinya pemalsuan hadis tersebut maka penelitian hadis sangat penting yaitu harus mengetahui ciri-ciri hadis maud}u>’ dan hadis s}ahih yang serta perbedaab di antara keduanya. Tujuannya adalah supaya tidak becampur aduk antara hadis Nabi dengan yang bukan hadis Nabi dan ajaran Islam yang akan berpengaruh besar bagi umat Islam yaitu dapat menyesatkan umat Islam sendiri.
C. Ciri-ciri Hadis Maud}u>
            Para ulama menetukan bahwa ciri-ciri hadis maud}u>itu dapat dilihat pada sanad dan matan hadis. Berikut pembagian ke- maud}u>’-an suatu hadis:
1.      Berdasarkan Sanad Hadis
      Ciri-ciri yang terdapat pada sanad hadis, yaitu adanya pegakuan dari si pembuat sendiri, qari>nah-qari>nah yang memperkuat adanya pengakuan membuat hadis Maud}u>, dan qari>nah-qari>nah yang berpautan dengan tingkah lakunya.
2.      Berdasarkan Matan Hadis
     Adapun ciri-ciri yang terdapat pada matan, dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi makna dan lafaz}. Dari segi makna yaitu bahwa hadis tersebut bertentangan dengan Alquran, hadis mutawatir, ijma’ dan logika sehat. Dari segi lafaz} yaitu bahasa susunan kalimatnya tidak baik dan tidak fasih.[4]
D. Karya-karya Hadis Maud}u>
            Para ulama muhadisin telah mengumpulkan hadis maud}u> dalam sejumlah karya yang cukup banyak di antaranya:
1. Al-Maud}u>’at karya Ibnu Al-Jauzi (ulama yang paling awal dalam ilmu ini)
2. Al-La’ali Al-Mas}nu’ah fi al-Hadis{ al-Maud}u>’ah karya As-Suyut}i (ringkasan Ibnu al-Jauzi dengan beberapa tambahan)
3. Tanzih Asy-Syari>’ah al-Marfu>’ah wa al-Aha>dis{ Asy-Syani’ah al-Maud}u>’ah karya Ibnu ‘Iraq al-Kittani (ringkasan kedua kitab tersebut).[5]
BAB III
PENUTUP
            Berdasarkan penjelasan tersebut, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1.      Hadis maud}u> adalah hadis yang dibuat oleh seorang pendusta dan disandarkan kepada Rasulullah SAW.
2.      Terdapat beberapa faktor penyebab kemunculan hadis maud}u> seperti untuk membela kepentingan politik, perselisihan dalam masalah ilmu kalam dan fiqih, menarik simpati orang awam, membangkitkan gairah ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, menerangkan keutamaan surat Alquran tertentu, mencari muka pada penguasa, memperoleh fasilitas dunia dan memikat hati atau menarik perhatian orang yang mendengarkan kisah yang dikemukakannya dan lain sebagainya.
3.      Ciri-ciri hadis maud}u> di antaranya pegakuan dari si pembuat sendiri, qari>nah-qari>nah yang memperkuat adanya pengakuan membuat hadis maud}u>dan matan hadis tersebut bertentangan dengan Alquran, hadis mutawatir, ijma’ dan logika sehat serta susunan bahasa dan kalimatnya tidak baik dan tidak fasih.
4.      Karya-karya kitab hadis maud}u>di antaranya Al-Maud}u>’at karya Ibnu Al-Jauzi, Al-La’ali Al-Mas}nu’ah fi al-Hadis{ al-Maud}u>’ah karya As-Suyut}i, Tanzih Asy-Syari>’ah al-Marfu>’ah wa al-Aha>dis{ Asy-Syani’ah al-Maud}u>’ah karya Ibnu ‘Iraq al-Kittani.
DAFTAR PUSTAKA
Ismail. Muhammad Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis Nabi.
Sya’roni. Usman. Otentisitas Hadis: Menurut Ahli Hadis dan Kaum Sufi. Jakarta: Pustaka Firdaus. 2002.
Yuslem, Nawir. Ulumul Hadis.
Zaini. Muhammad. Metode Pemahaman Hadits dari masa ke masa. Jakrta: Gema Insani. 2008



[1] Muhammad Syuhudi Ismail, Metodologi, h. 13.
[2] Usman  Sya’roni, Otentitas Hadis: Menurut Ahli Hadis dan Kaum Sufi  (Jakarta: Pustaka Firdaus), h. 16.
[3] Ibid, h. 17.
[4]
[5]

Pengertian Hadits Tarbawi