BAB I
PENDAHULUAN
Hadis merupakan sumber hukum kedua
setelah Alquran. Hadis merupakan Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
baik berupa perkataan, perbuatan dan taqrir (ketentuan). Hadis
berdasarkan kualitas rawinya terdiri dari hadis s}ahih, hasan
dan d}aif. Hadis s}ahih adalah hadis yang diriwayatkan oleh rawi-rawi yang ‘adil,
sempurna ingatannya d}abit}, sanadnya bersambung, tidak ber’ilat dan tidak janggal syaz|. Hadis hasan dalah hadis yang diriwayatkan oleh orang yang ‘adil,
kurang sempurna hafalannya, bersambung sanadnya, tidak cacat dan tidak syaz|. Sedangkan hadis d}aif adalah hadis
yang tidak terkumpul darinya sifat-sifat hadis s}ahih dan hasan
yaitu hadis yang tidak mempunyai sifat-sifat yang telah disepakati oleh
kebanyakan ulama hadis.
Hadit d}aif terdiri dari beberapa pembagian yaitu hadis d}aif berdasarkan cacat pada ke-‘adil-an dan
ke-d}abit}-an rawi dan hadis d}aif berdasarkan gugurnya rawi. Salah satu
pembagian hadis d}aif berdasarkan cacat pada ke-‘adil-an dan ke-d}abit}-an
rawi adalah hadis maud}u>’. Hadis a maud}u>’ dalah hadis yang dibuat oleh seorang pendusta. Banyak sekarang hadis-hadis yang
beredar di masyarakat adalah hadis yang tidak berdasakan sanad Rasulullah dan
matannya bertentangan dengan Alquran dan hadis s}ahih. Oleh karena
itu dalam makalah ini akan menjelaskan dan memaparkan tentang pengertian hadis maud}u>’, sejarah munculnya hadis maud}u>’, ciri-ciri hadis maud}u>’ dan karya-karyanya tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hadis Maud}u>’
Hadis maud}u>’ adalah hadis yang diciptakan serta dibuat oleh seseorang
(pendusta) yang diciptaannya itu dinisbatkan kepada Rasulullah SAW secara palsu
dan dusta, baik disengaja atau tidak.
Hadis
maud}u>’ yaitu hadis
dalam sanadnya terdapat perawi yang berdusta atau dituduh dusta. Jadi hadis tersebut
adalah hasil karangan seseorang sendiri, yang dibuat-buat atau diadakan-adakan
tidak ada sumbernya.
B. Sejarah
Munculnya Hadis Maud}u>’
Kesenjangan waktu anatara wafatnya
Nabi dengan waktu pembukuan hadis memakan waktu sekitar 100 tahun lebih yang
menyebabkan maraknya upaya-upaya pemalsuan hadis. Pada mulanya, faktor yang
mendukung dan mendorong seseorang untuk melakukan pemalsuan hadis adalah faktor
politik. Pada masa itu, telah terjadi pertentangan politik antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi
Sofyan. Para pendukung masing-masing tokoh
telah berusaha melakukan berbagai upaya untuk memenangkan perjuangan
mereka. Salah satu yang dilakukan oleh sebagian mereka adalah pembuatan
hadis-hadis palsu.[1]
Seiring dengan perjalanan waktu,
gerakan pemalsuan hadis berlangsung semakin hebat. Maka bercampurlah hadis s}ahih dengan hadis maud}u>’,
sehingga bermunculanlah hadis-hadis palsu misalnya tentang kelebihan empat
khalifah, kelebihan ketua kelompok dan kelebihan tokoh-tokoh partai. Muncul
pula hadis-hadis yang secara tegas mendoromg aliran-aliran politik atau
kelompok agama-agama tertentu.[2]
Berdasarkan data sejarah yang ada,
pemalsuan hadis tidak hanya dilakukan oleh orang-orang Islam saja, melainkan
dilakukan juga oleh orang-orang non-muslim. Orang-orang non-muslim membuat
hadis palsu adalah untuk dan berkeinginan meruntuhkan Islam.
Sementara orang-orang Islam tertentu
membuat hadis palsu karena mereka didorong oleh berbagai tujuan. Tujuan
tersebut ada yang bersifat duniawi dan ada yang bersifat agamawi. Di antara
tujuan pemalsuan hadis yang dilakukan oleh orang Islam adalah untuk membela
kepentingan politik, perselisihan dalam masalah ilmu kalam dan fiqih, menarik
simpati orang awam, membangkitkan gairah ibadah dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah, menerangkan keutamaan surat Alquran tertentu, mencari muka pada
penguasa, memperoleh fasilitas dunia dan memikat hati orang yang mendengarkan
kisah yang dikemukakannya dan lain sebagainya.[3]
Dengan terjadinya pemalsuan hadis
tersebut maka penelitian hadis sangat penting yaitu harus mengetahui ciri-ciri
hadis maud}u>’ dan hadis s}ahih yang serta
perbedaab di antara keduanya. Tujuannya adalah supaya tidak becampur aduk
antara hadis Nabi dengan yang bukan hadis Nabi dan ajaran Islam yang akan
berpengaruh besar bagi umat Islam yaitu dapat menyesatkan umat Islam sendiri.
C. Ciri-ciri
Hadis Maud}u>’
Para ulama menetukan bahwa ciri-ciri
hadis maud}u>’ itu dapat
dilihat pada sanad dan matan hadis. Berikut pembagian ke- maud}u>’-an suatu hadis:
1.
Berdasarkan
Sanad Hadis
Ciri-ciri yang terdapat pada sanad hadis,
yaitu adanya pegakuan dari si pembuat sendiri, qari>nah-qari>nah yang memperkuat adanya pengakuan membuat hadis Maud}u>’, dan qari>nah-qari>nah yang berpautan dengan tingkah lakunya.
2.
Berdasarkan
Matan Hadis
Adapun ciri-ciri yang terdapat pada matan, dapat ditinjau dari dua segi
yaitu segi makna dan lafaz}. Dari segi makna yaitu bahwa hadis tersebut bertentangan dengan
Alquran, hadis mutawatir, ijma’ dan logika sehat. Dari segi lafaz} yaitu bahasa susunan kalimatnya tidak baik dan tidak fasih.[4]
D. Karya-karya
Hadis Maud}u>’
Para ulama muhadisin telah
mengumpulkan hadis maud}u>’ dalam sejumlah karya yang cukup banyak di antaranya:
1. Al-Maud}u>’at karya Ibnu Al-Jauzi (ulama yang paling awal dalam ilmu ini)
2. Al-La’ali
Al-Mas}nu’ah fi
al-Hadis{
al-Maud}u>’ah karya As-Suyut}i (ringkasan Ibnu al-Jauzi dengan beberapa tambahan)
3. Tanzih
Asy-Syari>’ah
al-Marfu>’ah
wa al-Aha>dis{ Asy-Syani’ah al-Maud}u>’ah karya Ibnu ‘Iraq al-Kittani (ringkasan kedua kitab tersebut).[5]
BAB
III
PENUTUP
Berdasarkan penjelasan tersebut,
maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1.
Hadis
maud}u>’ adalah hadis
yang dibuat oleh seorang pendusta dan disandarkan kepada Rasulullah SAW.
2.
Terdapat
beberapa faktor penyebab kemunculan hadis maud}u>’ seperti untuk membela kepentingan politik, perselisihan dalam
masalah ilmu kalam dan fiqih, menarik simpati orang awam, membangkitkan gairah
ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, menerangkan keutamaan surat
Alquran tertentu, mencari muka pada penguasa, memperoleh fasilitas dunia dan
memikat hati atau menarik perhatian orang yang mendengarkan kisah yang
dikemukakannya dan lain sebagainya.
3.
Ciri-ciri
hadis maud}u>’ di antaranya
pegakuan dari si pembuat sendiri, qari>nah-qari>nah yang memperkuat adanya pengakuan membuat hadis maud}u>’ dan matan hadis tersebut bertentangan dengan Alquran, hadis mutawatir,
ijma’ dan logika sehat serta susunan bahasa dan kalimatnya tidak baik
dan tidak fasih.
4.
Karya-karya
kitab hadis maud}u>’di antaranya Al-Maud}u>’at karya Ibnu Al-Jauzi, Al-La’ali Al-Mas}nu’ah fi al-Hadis{ al-Maud}u>’ah karya As-Suyut}i, Tanzih Asy-Syari>’ah al-Marfu>’ah
wa al-Aha>dis{ Asy-Syani’ah al-Maud}u>’ah karya Ibnu ‘Iraq al-Kittani.
DAFTAR
PUSTAKA
Ismail. Muhammad Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis Nabi.
Sya’roni.
Usman. Otentisitas Hadis: Menurut Ahli Hadis dan Kaum Sufi. Jakarta:
Pustaka Firdaus. 2002.
Yuslem, Nawir. Ulumul Hadis.
Zaini. Muhammad. Metode Pemahaman Hadits dari masa ke masa.
Jakrta: Gema Insani. 2008