Wednesday, April 15, 2015

Makki dan Madani




Pendahuluan
          Ilmu-Ilmu Al-Quran adalah suatu ilmu yang lengkap yang mencakup semua ilmu yang ada hubungannya dengan Al-Quran. Dan Ilmu-Ilmu Al-Qur’an tersebut banyak cabangnya dan pembahasannya pun sangat banyak. Salah satu pembahasan dalam Ilmu-Ilmu Al-Qur’an adalah Makki dan Madani. Secara umum kita ketahui bahwa Makki adalah ayat-ayat atau surat yang diturunkan di Makkah. Sedangkan Madani adalah yang diturunkan di Madinah. Akan tetapi selain mempunyai definisi tersebut, Para ulama mendefinisikan Makki dan Madani dengan berbagai definisi lainnya yang akan dibahas pada pembahasan selanjutnya.
            Pada saat kita membaca Al-Qur’an kita akan melihat ayat-ayat makkiyah yang mengandung karakteristik yang tidak ada dalam ayat-ayat madaniyah, baik irama maupun maknanya, walaupun kedua-keduanya didasarkan pada hukum-hukum dan perundang-undangannya. Perbedaan antara Makki dan Madani dapat kita ketahui dari ciri-ciri atau karakterisitik suatu ayat atau surat dalam Al-Quran sehingga kita dapat mengetahui bahwa ayat atau surat tersebut termasuk dalam Makki dan Madani.
           Klasifikasi atau pembagian Makki dan Madani yaitu seperti surat-surat Makkiyah dan Madaniyah, selain itu dalam surat Makkiyah tersebut juga ada beberapa ayat yang termasuk ayat madaniyah begitu pula sebaliknya dengan berbagai macam pembagian lainnya berserta contohnya dalam Al-Qur’an. Serta membahas tentang Faedah atau manfaat yang kita peroleh dalam mengetahui Makki dan Madani.
            Oleh karena itu dalam pembahasan ini akan membahas tentang Makki dan Madani yang meliputi Pengertian Makki dan Madani, Cara mengetahui Makki dan Madani, Perbedaan Makki dan Madani dari berbagai aspek, Klasifikasi atau pembagian Makki dan Madani serta membahas tentang Faedah atau Manfaat mengetahui Makki dan Madani.






Pembahasan
A.Pengertian Makki dan Madani
               Secara bahasa Makki adalah Mekkah dan Madani adalah Madinah. Sedangkan Pengertian Makki dan Madani secara istilah terdapat tiga pengertian yang dipakai oleh para ulama’ dalam mengartikan Makki dan Madani, yaitu[1] :
Pertama: Makki adalah sesuatu (ayat atau surat) yang diturunkan di Makkah walaupun turunnya itu setelah hijrah. Yang termasuk turun di Makkah adalah daerah-daerah yang masih dalam kawasan Makkah, seperti di Mina, Arafah, dan Hudaibiyah. Sedangkan  Madani adalah sesuatu yang diturunkan di Madinah. Yang termasuk turun di Madinah adalah seperti di kawasan Badar dan Uhud. Pembagian ini berdasarkan tempat turunnya Al-Qur’an (segi makani/tempat).
Kedua: Makki adalah sesuatu yang mengkhitabi penduduk Mekkah, sedangkan  Madani sesuatu adalah yang mengkhitabi penduduk Madinah. Dari pengertian ini, dapat difahami bahwa ayat-ayat Al-Qur’an yang dimulai dengan ياايهاالناس adalah ayat Makkiyah, dan ayat-ayat yang dimulai dengan ياايهاالذين امنوا adalah termasuk ayat Madaniyah. Karena kebanyakan orang kafir itu dari penduduk Makkah, meskipun dari penduduk Madinah juga ada yang kafir. Begitu juga kebanyakan orang beriman itu dari penduduk Madinah, meskipun dari penduduk Makkah juga ada yang beriman.
Ketiga: Makki adalah sesuatu (ayat atau surat) yang diturunkan sebelum hijrah walaupun ayat atau surat tersebut turun selain di Makkah. Sedangkan Madani adalah sesuatu yang diturunkan setelah hijrah,baik yang turun di Makkah maupun di Madinah. Dan ini termasuk pendapat yang paling terkenal (masyhur).
           Dari definisi tersebut bahwa dapat kita ambil kesimpulan bahwa definisi Makki dan Madani terbagi menjadi tiga yaitu ditinjau dari segi tempat turunnya, objek yang ditujunya (khitab) dan waktu turunnya. Dan pendapat yang paling terkenal adalah definisi Makki dan Madani ditinjau dari waktu turunnya.

B.Cara Mengetahui Makki dan Madani
1.Sima’i Naqli        
       Sima’i Naqli ( pendengaran seperti adanya) yaitu berdasarkan pada riwayat yang shahih dari para sahabat yang hidup pada saat dan menyaksikan turunnya wahyu atau dari para tabi’in yang menerima atau mendengar dari para sahabat bagaimana, di mana dan peristiwa apa yang berkaitan dengan turunnya wahyu tersebut. Nabi tidak pernah menjelaskan ayat makkiyah dan madaniyah tersebut, para sahabat yang menyaksikan secara langsung diturunkan wahyu, menyaksikan tempat turunnya, waktunya, sebab-sebab diturunkannya dan lain sebagainya[2].
2.Qiyas Ijtihadi
        Qiyas Ijtihadi yaitu didasarkan pada ciri-ciri Makki dan Madani[3]. Apabila dalam surah Makki terdapat suatu ayat yang mengandung sifat Madani atau mengandung peristiwa Madani, maka ayat tersebut dikatakan bahwa ayat itu Madani. Dan apabila dalam surat Madani terdapat suatu ayat yang mengandung sifat Makki atau mengandung peristiwa Makki, Maka ayat tersebut dikatakan ayat Makki. Apabila dalam suatu surah terdapat ciri-ciri Makki, maka surah tersebut termasuk surah Makkiyah. Apabila dalam suatu surah terdapat ciri-ciri Madani, makasurah tersebut dinamakan surah Madaniyah. Inilah yang disebut qiyas ijtihadi.
C.Klasifikasi Makki dan Madani
      1.Surah-surah Madaniyah
Pendapat yang paling mendekati kebenaran mengenai jumlahnya adalah 20 surah yakni  Al-Baqarah, Ali ‘Imran , An-Nisa’, Al-Ma’idah, Al-Anfal, At-Taubah, An-Nur, Al-Ahzab, Muhammad, Al-Fath, Al-Hujurat, Al-Hadid, Al-Mujadalah, Al-Hasyr , Al-Mumtahanah, Al-Jumu’ah , Al-Munafiqun, At-Talaq, At-Tahrim, An-Nasr[4].
      2.Surah-surah Makkiyah
Pendapat yang paling mendekati kebenaran mengenai jumlahnya adalah 82 surah. Yaitu surat-surat yang tidak termasuk dalam surat-surat madaniyah dan surat-surat yang diperselisihkan.
3.Surah-surah yang diperselisihkan
Pendapat yang paling mendekati kebenaran mengenai jumlahnya adalah 12 surah yakni Al-Fatihah, Ar-Ra’d, Ar-Rahman, As-Saff, At-Taghaabun, Al-Mutaffifin, Al-Qadar, Al-Bayyinah, Az-Zalzalah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas[5].
      4.Ayat Makkiyah dalam surah Madaniyah
               Ayat Makkiyah dalam surat Madaniyah maksudnya dalah Suatu surat tersebut merupakan kriteria surah Madaniyah akan tetapi banyak ulama mengecualikan ayat tersebut, yaitu ayat tersebut termasuk ayat makkiyah. Sebagai contoh Surat Al-Anfal termasuk surat madaniyah akan tetapi para ulama mengecualikan QS. Al-Anfal:30, Allah SWT berfirman[6]:

وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِين                                                    

“Dan (ingatlah) ketika orang kafir (Quraisy) membuat makar terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka membuat makar, tetapi Allah menggagalkan makar mereka. Dan Allah adalah sebaik-baik pembalas makar.” (Al-Anfal : 30)
        Mengenai ayat tersebut Muqatil mengatakan bahwa ayat tersebut diturunkan di Mekkah, karena berkenaan dengan apa yang dilakukan orang-orang musyrik di Darun Nadwah ketika mereka merencanakan tipu daya terhadap Rasulluh sebelum hijrah[7]. Dan juga sebagian ulama mengecualikan QS. Al-Anfal : 64 
      5.Ayat Madaniyah dalam surah Makkiyah
Contohnya seperti perkataan Ibnu Abbas bahwa QS. Al-An’am turun sekaligus di Mekkah sehingga Makkiyah kecuali ayat 151-153. Dan QS. Al-Hajj adalah Makkiyah kecuali ayat 19-21, karena ayat tersebut diturunkan di Madinah[8].
6.Ayat yang diturunkan di Mekkah sedang hukumnya Madaniyah
Kan sesudah Ayat tersebut diturunkan di Mekkah pada hari penaklukkan kota Mekkah, akantetapi termasuk madaniyah karena diturun sesudah hijrah, dan seruannya juga bersifat umum.Contoh ayat seperti ini adalah QS. Al-Hujurat : 13, Allah SWT berfirman :

يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Wahai manusia, kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki & seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui & Maha Mengenal.” (Al-Hujurat : 13)
7. Ayat yang diturunkan di Madinah sedang hukumnya Makkiyah
Ayat seperti ini diturunkan di Madinah dan tetapi seruannya ditujukan kepada orang musyrik penduduk Mekkah. Contohya adalah QS. Al-Mumtahanah dan permulaan QS. Al-Bara’ah (At-Taubah) yang diturunkan di Madinah akan tetapi seruannya ditujukan untuk orang-orang musyrik Mekkah[9].
8.Ayat yang serupa dengan yang diturunkan di Mekkah dalam Madaniyah
Yakni ayat yang dalam surah Madaniyah tetapi mempunyai gaya bahasa dan ciri umum Makkiyah, karena ayat tersebut diturunkan di Mekkah[10]. Contohnya QS. Al-Anfal : 32 

وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ

“Dan (ingatlah), ketika mereka berkata : Ya Allah, jika benar (Al-Qur’an) ini benar dari sisi-Mu, maka hujanilah kami dengan batu dari langit. Atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.”(QS. Al-Anfaal: 32)
      9.Ayat yang serupa dengan yang diturunkan di Madinah dalam Makkiyah
Yakni ayat yang dalam surah Makkiyah tetapi mempunyai gaya bahasa & ciri umum Madaniyah[11]. Contohnya QS. An-Najm : 32
الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ ...

“(Yaitu) Mereka yang menjauhi dosa-dosa besar & perbuatan keji yang selain kesalahan-kesalahan kecil.” (An-Najm : 32)
        Imam Suyuthi mengatakan bahwa perbuatan keji aalah setiap dosa yang ada sanksinya. Dosa-dosa besar adalah stiap dosa yang mengakibatkan siksa neraka. Dan kesalahan-kesalahan kecila dalah apa yang terdapat diantara kedua batas dosa-dosa tersebut. Sedangkan di Mekkah belum ada sanksi dan yang serupa dengannya.[12]
10.Ayat yang dibawa dari Mekkah ke Madinah
Contohnya adalah QS. Al-A’la dalilnya HR. Bukhari dari Al-Barra bin ‘Azib yang menceritakan kedatangan pertama shahabat ke Madinah.
11.Ayat yang dibawa dari Madinah ke Mekkah
Contohnya awal QS. Al-Bara’ah dalilnya ketika Rasul SAW memerintahkan Ali kw untuk menyampaikan kepada Abu Bakar ra untuk berhaji & mengumumkan bahwa setelah tahun kesembilan tidak seorangpun Kaum Musyrikin diperbolehkan berhaji[13].
12.Ayat yang turun pada malam dan siang hari
Kebanyakan ayat Qur’an turun pada siang hari. Ayat yang turun pada malam hari diantaranya adalah QS. Ali Imran : 190. Contoh lainnya QS. At-Taubah: 117-118 dan QS. Al-Fath.
13.Ayat yang turun di musim panas dan musim dingin
        Para ulama memberi contoh ayat yang turun di musim panas dengan ayat tentang kalalah yang terdapat di akhir Surat An-Nisa’ sebagaimana yang disebutkan dalam shahih Muslim. Contoh lain dalam Q.S. At-Taubah:81 yaitu ayat tersebut turun dalam perang Tabuk. Perang Tabuk tersebut terjadi pada musim panas sebagaimana yang diceritakan dalam Al-Qur’an[14].
        Ayat yang turun di musim dingin yaitu Q.S.An-Nur:11-26, sebagaimana hadits sahih dari Aisyah. Contoh lainnya adalah ayat-ayat yang turun mengenai perang Khandak, dari Surah Al-Ahzab, ayat-ayat tersebut turun pada hari yang sangat dingin.
14.Ayat yang turun diwaktu menetap dan dalam perjalanan
Kebanyakan Qur’an itu turun diwaktu menetap. Ayat yang turun didalam perjalanan adalah At-Taubah : 34 , QS. Al-Hajj : 1-2 dan QS. Al-Fath. Dalam Q.S.At-Taubah:34  diriwayatkan oleh Ahmad melalui Sauban, bahwa ayat tersebut turun ketika Rasululullah dalam suatu perjalanan. Begitu juga awal Surah Al-Hajj dan Surat Al-Fath.
D.Perbedaan Makki dan Madani
Ketentuan Makki dan Ciri Khas Temanya[15]:
1.Setiap surat yang mengandung ayat sajdah.
2.Setiap surat yang di dalamnya terdapat lafaz Kalla. Lafaz tersebut dalam Al-Qur’an disebutkan 33 kali dalam 15 surat.
3.Setiap surat yang terdapat seruan ياايهاالناس kecuali Surat Al-Hajj:77
4.Setiap surat yang terdpat kisah-kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu kecuali surat Al-Baqarah.
5.Setiap surat yang terdapat kisah Nabi Adam dan Iblis kecuali surat Al-Baqarah.
6.Setiap surat yang dimulai dengan huruf tahajji (huruf Hijaiyah) kecuali surat Al-Baqarah dan Ali Imran.
Sedangkan dari segi ciri utama dan gaya bahasa yaitu:
1.Ajakan Tauhid kepada Allah dan beribadah, pembuktian mengenai risalah, kebangkitan dan hari pembalasan, tentang hari kiamat, Surga dan nikmatnya, Neraka dan siksanya, argumentasi terhadap orang-orang musyrik dengan menggunakan bukti-bukti yang rasional atau ayat kauniyah.
2.Penetapan dasar-dasar ibadah dan muamalah dan ketentuan umum lainnya.
3.Menyebutkan kisah Nabi dan Umat-umat terdahulu sebagai pelajaran.
4.Suku katanya pendek-pendek dan disertai denagn makna yang mengesankan, pertanyaannya singkat, menggetarkan hati dan maknanya pun menyakinkan.
Ketentuan Madani dan Ciri Khas Temanya[16]:
1. Setiap surat yang mengandung faridhah (kewajiban) dan had (sanksi)
2.Setiap surat yang menyebutkan tentang hal ihwal orang munafik kecuali Surat Al-Ankabut.
3.Setiap surat yang membicarakan mujadalah Ahl Kitab.
Sedangkan dari segi ciri khas tema dan gaya bahasa yaitu:
1.Penjelasan tentang ibadah, muamalah, had, kekeluargaaan, warisan, jihad, hubungan sosial, hubungan internasional, masalah perang dan masalah tasyri’.
2.Seruan terhadap Ahl Kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani, ajakan mereka untuk masuk islam dan lain sebagainya.
3.Membicarakan tentang orang-orang munafik sifat-sifat orang munafik dan membahas tentang rahasia mereka.
4.Pada umumnya ayat-ayat dan suratnya panjang-panjang dan menggambarkan luasnya akidah dan hukum islam.
E.Faedah Mengetahui Makki dan Madani
1.Dapat membantu dalam menafsirkan Al-Qur’an. Pengetahuan mengenai tempat turunnya suatu ayat dalam Al-Qur’an dapat membantu memahami ayat tersebut dan menafsirkan dengan tafsiran yang benar. Dan juga dapat mengetahui dan membedakan mana nasikh dan yang mana mansukh apabila diantaranya terdapat makna yang kontradiktif[17].
2.Meresapi gaya bahasa Al-Qur’an dan memanfaatkannya dalam metode berdakwah menuju jalan Allah, sebab setiap situasi mempunyai bahasa sendiri[18].
3.Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Al-Qur’an, sebab turunnya wahyu kepada Rasullulah sejalan dengan dakwah beserta segala peristiwanya, baik pada periode Mekkah maupun pada periode Madinah, sejak permulaan turun wahyu hingga ayat terakhir diturunkan[19].





Penutup
              Definisi Makki dan Madani para ulama mendefinisikan menjadi tiga definisi yang Pertama, ditinjau dari tempat turunnya yaitu Makki adalah sesuatu (ayat atau surat) yang diturunkan di Makkah dan sekitarnya, Madani adalah yang diturunkan di Madinah dan sekitarnya. Kedua, ditinjau dari objek yang ditujunya (khitab), Makki adalah Khitabnya orang-orang Mekkah sedangkan Madani adalah Khitabnya orang-orang Madinah. Ketiga, ditinjau dari waktu turunnya, Makki adalah yang diturunkan sebelum hijrah ke Madinah walaupun ayat atau surat tersebut turunnya selain di Makkah. Sedangkan Madani adalah yang diturunkan setelah Nabi hijrah ke Madinah. Dan ini pendapat yang paling terkenal.
              Cara mengetahui Makki dan Madani yaitu dengan dua cara yaitu sima’i naqli (pendengaran seperti apa adanya) dan qiyas ijtihadi (kias hasil ijtihad). Klasifikasi Makki dan Madani adalah Yang turun di Makkah, Yang turun di Madinah, Surat yang diperselisihkan, ayat-ayat Makkiyah dalam surat Madaniyah begitu pula sebaliknya. Yang diturunkan di Makkah sedangkan hukumnya Madani dan sebaliknya. Yang serupa dengan yang diturunkan di Makkah dalam kelompok Madani dan sebaliknya.yang dibawa dari Makkah ke Madinah dan sebaliknya, yang turun di waktu malam dan siang hari, yang turun di musim panas dan di musim dingin, yang turunkan di waktu menetap dan dalam perjalanan.
              Perbedaan antara Makki dan Madani diantaranya Makki adalah setiap surat yang mengandung ayat sajdah,  Setiap surat yang terdapat seruan ياايهاالناس, setiap surat yang dimulai huruf tahajji (huruf hijaiyah), juga setiap suku katanya pendek-pendek dan disertai dengan makna yang mengesankan dan pembahasannya mengenai tauhid, dasar-dasar ibadah, kisah umat-umat terdahulu. Sedangkan ciri-ciri Madani diantaranya setiap surat yang membahas tentang faridhah dan had juga hal-ihwal orang munafik dan Ahl Kitab dan juga penjelasan tentang muamalah, kekeluargaan, warisan dan lain sebagainya. Pada umumnya ayat-ayat dan surat-surat Madaniyah panjang-panjang.
         Faedah mengetahui Makki dan Madani adalah dapat meembantu dalam menafsirkan Al-Qur’an, meresapi  gaya bahasa Al-Qur’an dan memanfaatkannya dalam metode berdakwah. Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Al-Qur’an.


Daftar Pustaka
Adz-Dhahabi,Muhammas Husein, 1976.Tafsir wal Mufassirun.Mesir: Dar al-Kutub wa Al- Hadits.Jilid I
Al-Qaththan, Manna’.1973.Mabahits fi Ulum Al-Qur’an.Mansyurat Al-Ash Al-Hadits
                                , Studi Ilmu-Ilmu AL-Qur’an.terj. Mudzakkir AS.1996. Bogor:Pustaka Litera Antar Nusa
Al-Zarqani,Muhammad.1995.Manahil Irfan fi Ulum Al-Qur’an.Beirut:Darul kitab Arabi.
Suyuthi,Imam Jalaluddin.Itqan fi Ulum Al-Qur’an. Jilid 1.Arab Saudi:Markaz Dirasat Qur’aniyah
Suyuthi,Imam Jalaluddin.2009. Itqan fi Ulum Al-Qur’an terj. Studi Al-Qur’an Komprehensif.Surakarta:Indiva Pustaka
Zaini,Muhammad.2005.Ulumul Qur’an:Studi Pengantar.Banda Aceh:Yayasan PeNA









          [1] Muhammad Al-Zarqani, Manahil ‘Irfan fi Ulum Al-Qur’an (Beirut:Darul Arabi,1995), h.159

              [2] Manna Al-Qaththan, Studi-Studi Ilmu Al-Qur’an terj. Muzakkir AS (Bogor:Pustaka Litera Antar Nusa,1996), h.82
              [3] Imam Suyuthi, Itqan fi Ulum Al-Qur’an terj. Studi Al-Quran Komprehensif (Surakarta:Indiva Pustaka,2009), h.36
            [4] Manna Al-Qaththan, Mabahist Fi Ulum Al-Qur’an ( Mansyurat Al-Ash Al-Hadits,1973), h.61
              [5]Ibid, h. 56
              [6] Imam Jalaluddin Suyuthi, Itqan fi Ulum Alqur’an,.h.25
              [7] Muhammad Al-Zarqani, Manahil Irfan fi Ulum Al-Qur’an,.h.164
               [8] Ibid,h. 165
                 [9] Manna Al-Qaththan, Studi-Studi Ilmu Al-Qur’an terj.Muzakkir AS.,h.
                 [10] Ibid, h.
                 [11]Ibid, h.
           [12] Imam Jalaluddin Suyuthi, Itqan fi Ulum Al-Qur’an (Arab Saudi:Markaz Dirasat Qur’aniyah, Jilid 1) h.18
           [13] Ibid, h.19
           [14] Ibid, h.
           [15] Manna Al-Qath-than, Mabahits fi Ulum Al-Qur’an, h.63
            [16] Ibid,h.64
             [17] Ibid, h.59
             [18] Ibid, h.60
             [19] Ibid, h.

No comments:

Post a Comment

Pengertian Hadits Tarbawi