Saturday, June 18, 2022

Aliran Qadariyah dan Jabariyah

 

QADARIYAH DAN JABARIYAH

A.Aliran Qadariyah

1.Latar belakang Munculnya Aliran Qadariyah

     Pengertian Qadariyah secara etimologi, berasal dari bahasa Arab, yaitu qadara yang bemakna kemampuan dan kekuatan. Adapun secara terminologi  adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan. Aliran-aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendiri. Aliran ini lebih menekankan atas kebebasan dan kekuatan manusia dalam mewujudkan perbutan-perbutannya.Jadi hanya kekuatan sendirilah yang menyebabkan suatu perbuatan itu ada.Tuhan tidak turut ikut campur dalam kemunculan perbuatan tersebut.Dalam istilah Inggris paham ini dikenal dengan free will dan free act. Harun Nasution menegaskan bahwa aliran ini berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan.

     Istilah Qadariyah  artinya orang-orang yang meyakini bahwa sekalian perbuatan manusia itu diciptakan oleh manusia itu sendiri bukan dari Tuhan yang menciptakannya.Tuhan tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan manusia dan apa yang dikerjakan oleh manusia tidak diketahui oleh Tuhan sebelumnya.Golongan ini disebut juga Ahli Tafwid,yaitu pekerjaan yang dianggapnya telah mendapatkan penyerahan kudrah-iradah dari Tuhan untuk bertindak dari apa saja yang bebas di lingkungan masyarakat.

      Aliran Qadariyah ini muncul pada akhir adab pertama hijriyah,yang dipelopori oleh seorang yang bernama al-Ma’bad al-ajauhaini al-Bishri di tanah Iraq.Ia adalah seorang yang alim tentang AL-Quran dan Hadits,tetapi kemudian ia dianggap menjadi sesat dan membuat pendapat-pendapat yang salah serta batal yang akhirnya dibunuh dalam masa pemerintahan Abdul Malik Ibn Marwan (65-86 M),karena dianggap ajrannya yang membahayakan manusia pada waktu itu.

      Paham Qadariyah timbul sebagai reaksi dari pendirian teologis pemerintahan Bani Umayyah.Mereka berpendapat bahwa Allah telah mengaruniakan Khilafah Bani Umayyah bagi manusia.Untuk itu ketetapan Tuhan ini tidak dapat diubah.Dalam suatu kesempatan pemerintahan Bani Umayyah banyak dipimpin oleh para khalifah yang kejam.Para pejabat banyak yang menumpahkan darah dan merampas hak rakyat kecil demi kepuasan nafsu mereka.Melihat hal demikian,Para pelaku itu berkata:”Ini semua Qudrat dari Allah swt.”

      Pernyataan seperti ini ditentang oleh orang-orang yang berpaham kebebasan.Maka lahirlah golongan Qadariyah.Golongan ini lahir untuk menentang segala bentuk kebijakan Khilafah Bani Umayyah yang melewati batas kemanusiaan.Beberapa nama yang sempat melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Bani Umayyah adalah Ma’bad al-Juhaini dan Ibnu asy-Sya’ati.

Adapun tokoh-tokoh Qadariyah adalah:

a.Ma’bad al-Juhaini (w.699M/80H)

      Beliau adalah seorang tabi’in,ahli hadits dan lahir di Basrah.Pengikutnya sangat banyak mereka berasal dari Damaskus dan Madinah.Menurut sejarawan beliau mati dibunuh oleh Hajjaj,salah satu Gubernur Bani Umayyah pada tahun 80 H.Beliau adalah orang yang pertama mengemukakan kebebasan berkehendak.

b.Ghailan ad-Dimasyqi(abad VIII M)

       Beliau berasal dari Damaskus,Syiria.Ghailan adalah seorang sekretaris pemerintahan Bani Umayyah.Jabatan  itu diembannya ketika Khalifah Umar bin Abdul Aziz menjabat (717-720 M) dan ia pernah menulis surat kepada khalifa yang isinya adlah keluhan terhadap              kemerosotan negara dari aspek agama dan mendesak khalifah untuk memimpin pemulihan asas-asas religius.

     Ghailann meninggal pada tahun 105H/724 M karena dihukum mati oleh khalifah Hisyam. Beliau hidup pada masa ketiga kekhalifahan Bani Umayyah.Pada masa Khalifah  Umar bin Abdul Aziz ia tidak bderani menyebarkan ajarannya,setelah Khlifah Umar wafat dan digantikan dengan Yazid ia mulai memberanikan diriuntuk menyebarkan ajarannya.Keetika Yazid digantiakn Hisyam,ia ditangkap dan dihukum pancung karena menyebarkan ajarannya.

      Aliran Qadariyah ini bersandar kepada ayat-ayat Al-Quran,yang dapat menimbulkan fahan Qadariyah tersebut.Antara lain dalam surah Al-Mudatsir:38 yang berbunyi:

كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ

Artinya:”tiap-tiap diri bertanggung jawab terhadap apa yang diperbuatkanya.

Dalam Surah Ar-Ra’du ayat 11:                                                                                    

 إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ

Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaanyang ada pada diri mereka sendiri”.

Dalam surat Fushshilat ayat 40, Allah berfirman:

 اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan”.

Dalam surat al-Kahfi ayat 29, Allah berfirman:

قُلِ الْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ فَمَن شَاء فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاء فَلْيَكْفُرْ  
“Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir”.

2.Doktrin-Doktrin Teologi                               

Harun Nasution menjelaskan pendapat Ghalian tentang ajaran Qadariyah bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbutannya. Manusia sendirilah yang melakukan perbuatan baik atas kehendak dan kekuasaan sendiri dan manusia sendiri pula yang melakukan atau menjauhi perbuatan-perbutan jahat atas kemauan dan dayanya sendiri. Tokoh an-Nazzam menyatakan bahwa manusia hidup mempunyai daya, dan dengan daya itu ia dapat berkuasa atas segala perbuatannyaDengan demikian bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri. Manusia mempunyai kewenangan untuk melakukan segala perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik berbuat baik maupun berbuat jahat. Oleh karena itu, ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukannya dan juga berhak pula memperoleh hukuman atas kejahatan yang diperbuatnya. Ganjaran kebaikan di sini disamakan dengan balasan surga kelak di akherat dan ganjaran siksa dengan balasan neraka kelak di akherat, itu didasarkan atas pilihan pribadinya sendiri, bukan oleh takdir Tuhan. Karena itu sangat pantas, orang yang berbuat akan mendapatkan balasannya sesuai dengan tindakannyaFaham takdir yang dikembangkan oleh Qadariyah berbeda dengan konsep yang umum yang dipakai oleh bangsa Arab ketika itu, yaitu paham yang mengatakan bahwa nasib manusia telah ditentukan terlebih dahulu. Dalam perbuatannya, manusia hanya bertindak menurut nasib yang telah ditentukan sejak azali terhadap dirinya. Dengan demikian takdir adalah ketentuan Allah yang diciptakan-Nya bagi alam semesta beserta seluruh isinya, sejak azali, yaitu hokum yang dalam istilah Alquran adalah sunnatullah.

Secara alamiah sesungguhnya manusia telah memiliki takdir yang tidak dapat diubah. Manusia dalam demensi fisiknya tidak dapat bebruat lain, kecuali mengikuti hokum alam. Misalnya manusia ditakdirkan oleh Tuhan tidak mempunyai sirip seperti ikan yang mampu berenang di lautan lepas. Demikian juga manusia tidak mempunyai kekuatan seperti gajah yang mampu membawa barang seratus kilogram.

        Adapaun pendapat dari Ma’bad al-Juhaini adalah “Bahwa Allah Taala tidak mengetahui segala apa juapun yang diperbuat oleh manusia,dan tidak pula diperbuat oleh manusia ituy dngan kuadrat dan iradat Allah SWT.dengan demikian maka manusialah yang mengetahui serta mewujudkan segala yang diamalkannya itu dan semua nya dengan iradat dan kuadrat manusiaitu sendiri.Tuhan sama sekali tidak ikut campur tangan dalam membuktikan amalan-amalan itu.Manusia itu berkuasamenentukan segala macam perbuatannya dan ia mempunyai kebebasan yang mutlak.Manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidup ini dan mempunyai kebebasan dan kekuatan untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya sendiri.

3.Perkembangan Aliran Qadariyah

B.Aliran Jabariyah

1.Latar belakang munculnya aliran Jabariyah        

      Kata jabariyah berasal dari kata jabara yang artinya memaksa dan mengharuskannya melakukan sesuatu.Sedangkan menurut terminologi jabariyah adalah sebuah nama aliran atau golongan yang berpandangan bahwa manusia tidaka memiliki kekuatan sekicil apapun dalam berbuat.Semua yang dilakukan oleh manusia yang menggerakkannya itu adalah Tuhan.Jadi, semua perbuatan manusia telah ditentukan semenjak semula oleh qada dan qadar Tuhan. Paham jabariyah dalam istilah Inggris disebut dengan fatalism atau predestination.

      Golongan Jabariyah berusaha untuk mengembaliakan pangkal perbuatan manusia kepada kehendak Allah SWT. Apakah manusia berbuat kebaikan atau keburukan.Menurut mereka manusia itu seperti wayang yang tidak bisa berbuat apa-apa yang menggerakkannya adalajh seorang dalang.Manusi ahidup seperti terprogram dalam sebuah skenario yang sudah ditulis oleh Tuhan.Apa yang nampak dilayar tidak berbeda dengan apa yang telah diskenariokan.

       Qudrah dan Iradah Tuhan merupakan alat yang membekukan dan mencabut kekuasaan manusia.Pada hakikatnya segala perbuatan dan gerak-gerik yang dilakukan manusia berasal dari Tuhan.Manusia tidak turut campur tangan sedikit pun.Kebaikan dan kejahatan yang diperbuat manusia pun semata-mata keterpaksaan Tuhan.

Adapun tokoh-tokohnya adalah:

a.Ja’ad bin Dirham

      Beliau lahir di khurasan.Beliau tinggal di kota  Damaskus dan pindah ke Kuffah.Di Kuffah ia bertemu dengan Jaham bin Safwan yang selanjutnya akan menyebarkan paham-pahamnya.Ja’ad bin Dirham sering mengadakan dialoq dengan orang-orang tentang persoalan Al-Quran sebagai makhluk,Sifat-sifat Allah, sabar dan ikhtiar.Dia mengatakan bahwa manusia tidak memiliki kebebasab untuk berbuat dan berkehendak.dia tidak berdaya dan tidk mampu.

b.Jaham bin Safwan(127 H/745 M)

      Jaham adalah seorang budak yang dimerdekakan.Ia berasal dari Khurasan,Iran dan menetap di Kuffah.Di kota Kuffah ia bertemu dengan Ja’ad bin Dirham dan ia menjadi murudnya.Jaham adalah orang yang pertama memperkenalkan ajaran jabariyah.

Terlepas dari perbedaan pendapat tentang awal lahirnya aliran ini, dalam al-Qur’an sendiri banyak terdapat ayat-ayat yang melatar belakangi lahirnya faham jabariyah di antaranya:
Dalam surat Ash-Shaffat ayat 96, Allah berfirman:
“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu”.

Dalam surat Al-An’am ayat 111, Allah berfirman:

 مَّا كَانُواْ لِيُؤْمِنُواْ إِلاَّ أَن يَشَاءَ اللّهُ
“Mereka tidak akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki”.

Dalam surat Al-Anfal ayat 17, Allah berfirman:

 وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَـكِنَّ اللّهَ رَمَى
“Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar”.

Firman Allah dalam surah al-Insan: 30

وَمَا تَشَاؤُونَ إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيماً حَكِيماً

    “Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah.  Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

2.Doktrin-Doktrin Teologi

a. Manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa, ia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri dan tidak mempunyai pilihan. Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya
b. Surga dan neraka tidak kekal. Tidak ada yang kekal selain Tuhan.
c. Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati. Dalam hal ini, pendapatnya dengan konsep iman yang dimajukan kaum Murji’ah.
d. Al-Qur’an itu adalah makhluk. Oleh karena itu, dia baru. Sesuatu yang baru itu tidak dapat disifatkan Allah.
e. Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluk seperti berbicara, melihat, mendengar.
f.Begitu pula Tuhan tidak dapat dilihat dengan indera mata di akhirat kelak.

Jabariyah dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu ekstrim dan moderat. Di antara ajaran jabariyah ekstrim adalah pendapatnya bahwa segala perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul dari kemauannya sendiri, tetapi perbuatannya yang dipaksakan atas dirinya.

 Berbeda dengan jabariyah ekstrim, jabariyah moderat mengatakan bahwa Tuhan memang menciptakan perbuatan manusia, baik perbuatan jahat maupun perbuatan baik. Tetapi manusia mempunyai bagian di dalamnya. Tenaga yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatannya. Inilah yang dimaksud dengan kasab . Menurut faham kasab, manusia tidaklah majbur (dipaksa oleh Tuhan), tidak seperti wayang yang dikendalikan oleh dalang dan tidak pula menjadi pencipta perbuatan, tetapi manusia memperoleh perbuatan yang diciptakan Tuhan . Yang termasuk tokoh jabariyah moderat adalah sebagai berikut:
1) An-Najjar
Nama lengkapnya adalah Husain bin Muhammad An-Najjar. Di antara pendapat-pendapatnya adalah:
1. Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia mengambil bagian atau peran dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan itu. Itulah yang disebut kasab.
2. Tuhan tidak dapat dilihat di akhirat. Akan tetapi an-Najjar mengatakan bahwa Tuhan dapat saja memindahkan potensi hati (ma’rifat) pada mata, sehingga manusia dapat melihat Tuhan

2) Adh-Dhirar
Dhirar mengatakan bahwa Tuhan dapat dilihat di akhirat melalui indera ke enam. Ia juga berpendapat bahwa hujjah yang dapat diterima setelah Nabi adalah Ijtihad. Hadits ahad tidak dapat dijadikan sumber dalam menetapkan hukum.
Adapun golongan jabariyah mengatakan bahwa tidak ada ikhtiar bagi manusia, sebab Tuhan telah lebih dahulu menentukan segala-galanya. Sementara Ahlussunnah menetapkan usaha dan ikhtiar bagi manusia dan Allah yang menentukan. Jadi, orang akan mendapat pahala dengan usaha dan ikhtiarnya, juga sebaliknya ia akan mendapat dosa oleh sebab usaha dan ikhtiarnya.

3.Perkembangan Aliran Jabariyah

Pada perkembangan selanjutnya, paham Jabariyah disebut juga sebagai paham tradisional dan konservatif dalam Islam dan paham Qadariyah disebut juga sebagai paham rasional dan liberal dalam Islam. Kedua paham teologi Islam tersebut melandaskan diri di atas dalil-dalil naqli (agama) - sesuai pemahaman masing-masing atas nash-nash agama (Alquran dan hadits-hadits Nabi Muhammad) - dan aqli (argumen pikiran). Di negeri-negeri kaum Muslimin, seperti di Indonesia, yang dominan adalah paham Jabariyah. Orang Muslim yang berpaham Qadariyah merupakan kalangan yang terbatas atau hanya sedikit dari mereka.

Kedua paham itu dapat dicermati pada suatu peristiwa yang menimpa dan berkaitan dengan perbuatan manusia, misalnya, kecelakaan pesawat terbang. Bagi yang berpaham Jabariyah biasanya dengan enteng mengatakan bahwa kecelakaan itu sudah kehendak dan perbuatan Allah. Sedang, yang berpaham Qadariyah condong mencari tahu di mana letak peranan manusia pada kecelakaan itu.

Kedua paham teologi Islam tersebut membawa efek masing-masing. Pada paham Jabariyah semangat melakukan investigasi sangat kecil, karena semua peristiwa dipandang sudah kehendak dan dilakukan oleh Allah. Sedang, pada paham Qadariyah, semangat investigasi amat besar, karena semua peristiwa yang berkaitan dengan peranan (perbuatan) manusia harus dipertanggungjawabkan oleh manusia melalui suatu investigasi.

Dengan demikian, dalam paham Qadariyah, selain manusia dinyatakan sebagai makhluk yang merdeka, juga adalah makhluk yang harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Posisi manusia demikian tidak terdapat di dalam paham Jabariyah. Akibat dari perbedaan sikap dan posisi itu, ilmu pengetahuan lebih pasti berkembang di dalam paham Qadariyah ketimbang Jabariyah.

Dalam hal musibah gempa dan tsunami baru-baru ini, karena menyikapinya sebagai kehendak dan perbuatan Allah, bagi yang berpaham Jabariyah, sudah cukup bila tindakan membantu korban dan memetik "hikmat" sudah dilakukan.

Sedang hikmat yang dimaksud hanya berupa pengakuan dosa-dosa dan hidup selanjutnya tanpa mengulangi dosa-dosa. Sedang bagi yang berpaham Qadariyah, meski gempa dan tsunami tidak secara langsung menunjuk perbuatan manusia, namun mengajukan pertanyaan yang harus dijawab : adakah andil manusia di dalam "mengganggu" ekosistem kehidupan yang menyebabkan alam "marah" dalam bentuk gempa dan tsunami? Untuk itu, paham Qadariyah membenarkan suatu investigasi (pencaritahuan), misalnya, dengan memotret lewat satelit kawasan yang dilanda musibah.

No comments:

Post a Comment

Pengertian Hadits Tarbawi