QADARIYAH DAN JABARIYAH
A.Aliran
Qadariyah
1.Latar
belakang Munculnya Aliran Qadariyah
Pengertian Qadariyah
secara etimologi, berasal dari bahasa Arab, yaitu qadara yang bemakna
kemampuan dan kekuatan. Adapun secara terminologi adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala
tindakan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan. Aliran-aliran ini berpendapat
bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya, ia dapat
berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendiri. Aliran ini lebih
menekankan atas kebebasan dan kekuatan manusia dalam mewujudkan
perbutan-perbutannya.Jadi hanya kekuatan sendirilah yang menyebabkan suatu
perbuatan itu ada.Tuhan tidak turut ikut campur dalam kemunculan perbuatan
tersebut.Dalam istilah Inggris paham ini dikenal dengan free will dan
free act. Harun Nasution menegaskan bahwa aliran ini berasal dari
pengertian bahwa manusia mempunyai kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan
bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan.
Istilah Qadariyah artinya orang-orang yang meyakini bahwa
sekalian perbuatan manusia itu diciptakan oleh manusia itu sendiri bukan dari
Tuhan yang menciptakannya.Tuhan tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan
manusia dan apa yang dikerjakan oleh manusia tidak diketahui oleh Tuhan
sebelumnya.Golongan ini disebut juga Ahli Tafwid,yaitu pekerjaan yang
dianggapnya telah mendapatkan penyerahan kudrah-iradah dari Tuhan untuk
bertindak dari apa saja yang bebas di lingkungan masyarakat.
Aliran Qadariyah ini muncul pada akhir
adab pertama hijriyah,yang dipelopori oleh seorang yang bernama al-Ma’bad
al-ajauhaini al-Bishri di tanah Iraq.Ia adalah seorang yang alim tentang AL-Quran
dan Hadits,tetapi kemudian ia dianggap menjadi sesat dan membuat
pendapat-pendapat yang salah serta batal yang akhirnya dibunuh dalam masa
pemerintahan Abdul Malik Ibn Marwan (65-86 M),karena dianggap ajrannya yang
membahayakan manusia pada waktu itu.
Paham Qadariyah timbul sebagai reaksi
dari pendirian teologis pemerintahan Bani Umayyah.Mereka berpendapat bahwa
Allah telah mengaruniakan Khilafah Bani Umayyah bagi manusia.Untuk itu
ketetapan Tuhan ini tidak dapat diubah.Dalam suatu kesempatan pemerintahan Bani
Umayyah banyak dipimpin oleh para khalifah yang kejam.Para pejabat banyak yang
menumpahkan darah dan merampas hak rakyat kecil demi kepuasan nafsu
mereka.Melihat hal demikian,Para pelaku itu berkata:”Ini semua Qudrat dari
Allah swt.”
Pernyataan seperti ini ditentang oleh
orang-orang yang berpaham kebebasan.Maka lahirlah golongan Qadariyah.Golongan
ini lahir untuk menentang segala bentuk kebijakan Khilafah Bani Umayyah yang
melewati batas kemanusiaan.Beberapa nama yang sempat melakukan pemberontakan
terhadap pemerintahan Bani Umayyah adalah Ma’bad al-Juhaini dan Ibnu
asy-Sya’ati.
Adapun
tokoh-tokoh Qadariyah adalah:
a.Ma’bad
al-Juhaini (w.699M/80H)
Beliau adalah seorang tabi’in,ahli hadits
dan lahir di Basrah.Pengikutnya sangat banyak mereka berasal dari Damaskus dan
Madinah.Menurut sejarawan beliau mati dibunuh oleh Hajjaj,salah satu Gubernur
Bani Umayyah pada tahun 80 H.Beliau adalah orang yang pertama mengemukakan
kebebasan berkehendak.
b.Ghailan
ad-Dimasyqi(abad VIII M)
Beliau berasal dari
Damaskus,Syiria.Ghailan adalah seorang sekretaris pemerintahan Bani
Umayyah.Jabatan itu diembannya ketika
Khalifah Umar bin Abdul Aziz menjabat (717-720 M) dan ia pernah menulis surat
kepada khalifa yang isinya adlah keluhan terhadap kemerosotan negara dari aspek
agama dan mendesak khalifah untuk memimpin pemulihan asas-asas religius.
Ghailann meninggal pada tahun 105H/724 M
karena dihukum mati oleh khalifah Hisyam. Beliau hidup pada masa ketiga
kekhalifahan Bani Umayyah.Pada masa Khalifah
Umar bin Abdul Aziz ia tidak bderani menyebarkan ajarannya,setelah
Khlifah Umar wafat dan digantikan dengan Yazid ia mulai memberanikan diriuntuk
menyebarkan ajarannya.Keetika Yazid digantiakn Hisyam,ia ditangkap dan dihukum
pancung karena menyebarkan ajarannya.
Aliran Qadariyah ini bersandar kepada
ayat-ayat Al-Quran,yang dapat menimbulkan fahan Qadariyah tersebut.Antara lain
dalam surah Al-Mudatsir:38 yang berbunyi:
كُلُّ نَفْسٍ
بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ
Artinya:”tiap-tiap
diri bertanggung jawab terhadap apa yang diperbuatkanya.
Dalam Surah
Ar-Ra’du ayat 11:
إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا
بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak merobah
Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaanyang ada pada diri mereka
sendiri”.
Dalam surat Fushshilat ayat 40, Allah berfirman:
اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Perbuatlah
apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan”.
Dalam surat al-Kahfi ayat 29, Allah berfirman:
قُلِ الْحَقُّ
مِن رَّبِّكُمْ فَمَن شَاء فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاء فَلْيَكْفُرْ
“Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang
ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir)
Biarlah ia kafir”.
2.Doktrin-Doktrin
Teologi
Harun
Nasution menjelaskan pendapat Ghalian tentang ajaran Qadariyah bahwa
manusia berkuasa atas perbuatan-perbutannya. Manusia sendirilah yang melakukan
perbuatan baik atas kehendak dan kekuasaan sendiri dan manusia sendiri pula
yang melakukan atau menjauhi perbuatan-perbutan jahat atas kemauan dan dayanya
sendiri. Tokoh an-Nazzam menyatakan bahwa manusia hidup mempunyai daya, dan
dengan daya itu ia dapat berkuasa atas segala perbuatannyaDengan demikian bahwa
segala tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri. Manusia
mempunyai kewenangan untuk melakukan segala perbuatan atas kehendaknya sendiri,
baik berbuat baik maupun berbuat jahat. Oleh karena itu, ia berhak mendapatkan
pahala atas kebaikan yang dilakukannya dan juga berhak pula memperoleh hukuman
atas kejahatan yang diperbuatnya. Ganjaran kebaikan di sini disamakan dengan
balasan surga kelak di akherat dan ganjaran siksa dengan balasan neraka kelak
di akherat, itu didasarkan atas pilihan pribadinya sendiri, bukan oleh takdir
Tuhan. Karena itu sangat pantas, orang yang berbuat akan mendapatkan balasannya
sesuai dengan tindakannyaFaham takdir yang dikembangkan oleh Qadariyah
berbeda dengan konsep yang umum yang dipakai oleh bangsa Arab ketika itu, yaitu
paham yang mengatakan bahwa nasib manusia telah ditentukan terlebih dahulu.
Dalam perbuatannya, manusia hanya bertindak menurut nasib yang telah ditentukan
sejak azali terhadap dirinya. Dengan demikian takdir adalah ketentuan Allah
yang diciptakan-Nya bagi alam semesta beserta seluruh isinya, sejak azali,
yaitu hokum yang dalam istilah Alquran adalah sunnatullah.
Secara alamiah sesungguhnya manusia
telah memiliki takdir yang tidak dapat diubah. Manusia dalam demensi fisiknya
tidak dapat bebruat lain, kecuali mengikuti hokum alam. Misalnya manusia
ditakdirkan oleh Tuhan tidak mempunyai sirip seperti ikan yang mampu berenang
di lautan lepas. Demikian juga manusia tidak mempunyai kekuatan seperti gajah
yang mampu membawa barang seratus kilogram.
Adapaun pendapat dari Ma’bad al-Juhaini
adalah “Bahwa Allah Taala tidak mengetahui segala apa juapun yang diperbuat oleh
manusia,dan tidak pula diperbuat oleh manusia ituy dngan kuadrat dan iradat
Allah SWT.dengan demikian maka manusialah yang mengetahui serta mewujudkan
segala yang diamalkannya itu dan semua nya dengan iradat dan kuadrat manusiaitu
sendiri.Tuhan sama sekali tidak ikut campur tangan dalam membuktikan
amalan-amalan itu.Manusia itu berkuasamenentukan segala macam perbuatannya dan
ia mempunyai kebebasan yang mutlak.Manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan
dalam menentukan perjalanan hidup ini dan mempunyai kebebasan dan kekuatan
untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya sendiri.
3.Perkembangan Aliran Qadariyah
B.Aliran
Jabariyah
1.Latar
belakang munculnya aliran Jabariyah
Kata jabariyah berasal dari kata jabara
yang artinya memaksa dan mengharuskannya melakukan sesuatu.Sedangkan menurut
terminologi jabariyah adalah sebuah nama aliran atau golongan yang berpandangan
bahwa manusia tidaka memiliki kekuatan sekicil apapun dalam berbuat.Semua yang
dilakukan oleh manusia yang menggerakkannya itu adalah Tuhan.Jadi, semua
perbuatan manusia telah ditentukan semenjak semula oleh qada dan qadar Tuhan.
Paham jabariyah dalam istilah Inggris disebut dengan fatalism atau predestination.
Golongan Jabariyah berusaha untuk
mengembaliakan pangkal perbuatan manusia kepada kehendak Allah SWT. Apakah
manusia berbuat kebaikan atau keburukan.Menurut mereka manusia itu seperti
wayang yang tidak bisa berbuat apa-apa yang menggerakkannya adalajh seorang
dalang.Manusi ahidup seperti terprogram dalam sebuah skenario yang sudah
ditulis oleh Tuhan.Apa yang nampak dilayar tidak berbeda dengan apa yang telah
diskenariokan.
Qudrah dan Iradah Tuhan merupakan alat
yang membekukan dan mencabut kekuasaan manusia.Pada hakikatnya segala perbuatan
dan gerak-gerik yang dilakukan manusia berasal dari Tuhan.Manusia tidak turut
campur tangan sedikit pun.Kebaikan dan kejahatan yang diperbuat manusia pun
semata-mata keterpaksaan Tuhan.
Adapun
tokoh-tokohnya adalah:
a.Ja’ad bin
Dirham
Beliau lahir di khurasan.Beliau tinggal
di kota Damaskus dan pindah ke Kuffah.Di
Kuffah ia bertemu dengan Jaham bin Safwan yang selanjutnya akan menyebarkan
paham-pahamnya.Ja’ad bin Dirham sering mengadakan dialoq dengan orang-orang
tentang persoalan Al-Quran sebagai makhluk,Sifat-sifat Allah, sabar dan
ikhtiar.Dia mengatakan bahwa manusia tidak memiliki kebebasab untuk berbuat dan
berkehendak.dia tidak berdaya dan tidk mampu.
b.Jaham bin
Safwan(127 H/745 M)
Jaham adalah seorang budak yang
dimerdekakan.Ia berasal dari Khurasan,Iran dan menetap di Kuffah.Di kota Kuffah
ia bertemu dengan Ja’ad bin Dirham dan ia menjadi murudnya.Jaham adalah orang
yang pertama memperkenalkan ajaran jabariyah.
Terlepas dari perbedaan pendapat
tentang awal lahirnya aliran ini, dalam al-Qur’an sendiri banyak terdapat
ayat-ayat yang melatar belakangi lahirnya faham jabariyah di antaranya:
Dalam surat Ash-Shaffat ayat 96, Allah berfirman:
“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu”.
Dalam surat Al-An’am ayat 111, Allah berfirman:
مَّا كَانُواْ لِيُؤْمِنُواْ إِلاَّ
أَن يَشَاءَ اللّهُ
“Mereka tidak akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki”.
Dalam surat Al-Anfal ayat 17, Allah berfirman:
وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَـكِنَّ
اللّهَ رَمَى
“Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang
melempar”.
Firman Allah
dalam surah al-Insan: 30
وَمَا تَشَاؤُونَ إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيماً حَكِيماً
“Dan kamu
tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana.”
2.Doktrin-Doktrin Teologi
a. Manusia tidak mampu untuk berbuat
apa-apa, ia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri dan tidak
mempunyai pilihan. Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya
b. Surga dan neraka tidak kekal. Tidak ada yang kekal selain Tuhan.
c. Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati. Dalam hal ini, pendapatnya
dengan konsep iman yang dimajukan kaum Murji’ah.
d. Al-Qur’an itu adalah makhluk. Oleh karena itu, dia baru. Sesuatu yang baru
itu tidak dapat disifatkan Allah.
e. Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluk seperti berbicara,
melihat, mendengar.
f.Begitu pula Tuhan tidak dapat dilihat dengan indera mata di akhirat kelak.
Jabariyah dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian, yaitu ekstrim dan moderat. Di antara ajaran jabariyah
ekstrim adalah pendapatnya bahwa segala perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan
yang timbul dari kemauannya sendiri, tetapi perbuatannya yang dipaksakan atas
dirinya.
Berbeda dengan jabariyah ekstrim,
jabariyah moderat mengatakan bahwa Tuhan memang menciptakan perbuatan manusia,
baik perbuatan jahat maupun perbuatan baik. Tetapi manusia mempunyai bagian di
dalamnya. Tenaga yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek untuk
mewujudkan perbuatannya. Inilah yang dimaksud dengan kasab . Menurut faham
kasab, manusia tidaklah majbur (dipaksa oleh Tuhan), tidak seperti wayang yang
dikendalikan oleh dalang dan tidak pula menjadi pencipta perbuatan, tetapi
manusia memperoleh perbuatan yang diciptakan Tuhan . Yang termasuk tokoh
jabariyah moderat adalah sebagai berikut:
1) An-Najjar
Nama lengkapnya adalah Husain bin Muhammad An-Najjar. Di antara
pendapat-pendapatnya adalah:
1. Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia mengambil bagian
atau peran dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan itu. Itulah yang disebut kasab.
2. Tuhan tidak dapat dilihat di akhirat. Akan tetapi an-Najjar mengatakan bahwa
Tuhan dapat saja memindahkan potensi hati (ma’rifat) pada mata, sehingga
manusia dapat melihat Tuhan
2) Adh-Dhirar
Dhirar mengatakan bahwa Tuhan dapat dilihat di akhirat melalui indera ke enam.
Ia juga berpendapat bahwa hujjah yang dapat diterima setelah Nabi adalah
Ijtihad. Hadits ahad tidak dapat dijadikan sumber dalam menetapkan hukum.
Adapun golongan jabariyah mengatakan bahwa tidak ada ikhtiar bagi manusia,
sebab Tuhan telah lebih dahulu menentukan segala-galanya. Sementara Ahlussunnah
menetapkan usaha dan ikhtiar bagi manusia dan Allah yang menentukan. Jadi,
orang akan mendapat pahala dengan usaha dan ikhtiarnya, juga sebaliknya ia akan
mendapat dosa oleh sebab usaha dan ikhtiarnya.
3.Perkembangan Aliran Jabariyah
Pada perkembangan
selanjutnya, paham Jabariyah disebut juga sebagai paham tradisional dan
konservatif dalam Islam dan paham Qadariyah disebut juga sebagai paham
rasional dan liberal dalam Islam. Kedua paham teologi Islam tersebut
melandaskan diri di atas dalil-dalil naqli (agama) - sesuai pemahaman
masing-masing atas nash-nash agama (Alquran dan hadits-hadits Nabi Muhammad) -
dan aqli (argumen pikiran). Di negeri-negeri kaum Muslimin, seperti di
Indonesia, yang dominan adalah paham Jabariyah. Orang Muslim yang
berpaham Qadariyah merupakan kalangan yang terbatas atau hanya sedikit
dari mereka.
Kedua paham
itu dapat dicermati pada suatu peristiwa yang menimpa dan berkaitan dengan
perbuatan manusia, misalnya, kecelakaan pesawat terbang. Bagi yang berpaham Jabariyah
biasanya dengan enteng mengatakan bahwa kecelakaan itu sudah kehendak dan
perbuatan Allah. Sedang, yang berpaham Qadariyah condong mencari tahu di
mana letak peranan manusia pada kecelakaan itu.
Kedua paham
teologi Islam tersebut membawa efek masing-masing. Pada paham Jabariyah
semangat melakukan investigasi sangat kecil, karena semua peristiwa dipandang
sudah kehendak dan dilakukan oleh Allah. Sedang, pada paham Qadariyah,
semangat investigasi amat besar, karena semua peristiwa yang berkaitan dengan
peranan (perbuatan) manusia harus dipertanggungjawabkan oleh manusia melalui
suatu investigasi.
Dengan
demikian, dalam paham Qadariyah, selain manusia dinyatakan sebagai
makhluk yang merdeka, juga adalah makhluk yang harus bertanggung jawab atas
perbuatannya. Posisi manusia demikian tidak terdapat di dalam paham Jabariyah.
Akibat dari perbedaan sikap dan posisi itu, ilmu pengetahuan lebih pasti
berkembang di dalam paham Qadariyah ketimbang Jabariyah.
Dalam hal
musibah gempa dan tsunami baru-baru ini, karena menyikapinya sebagai kehendak
dan perbuatan Allah, bagi yang berpaham Jabariyah, sudah cukup bila
tindakan membantu korban dan memetik "hikmat" sudah dilakukan.
Sedang
hikmat yang dimaksud hanya berupa pengakuan dosa-dosa dan hidup selanjutnya
tanpa mengulangi dosa-dosa. Sedang bagi yang berpaham Qadariyah, meski
gempa dan tsunami tidak secara langsung menunjuk perbuatan manusia, namun
mengajukan pertanyaan yang harus dijawab : adakah andil manusia di dalam
"mengganggu" ekosistem kehidupan yang menyebabkan alam
"marah" dalam bentuk gempa dan tsunami? Untuk itu, paham Qadariyah
membenarkan suatu investigasi (pencaritahuan), misalnya, dengan memotret lewat
satelit kawasan yang dilanda musibah.
No comments:
Post a Comment