Pembahasan tentang Riwayat Israiliyat pada tafsir nusantara
1. Riwayat islailiyat yaitu
riwayat-riwayat yang berasal dari Yahudi dan Nasrani. Maksudnya adalah
riwayat-riwayat yang berasal dari orang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah
masuk Islam. Jadi ketika mereka memahami Ayat Alquran mereka memasukkan dengan
pemahaman yang terdapat pada kitab mereka taurat dan injil, adanya kesamaan apa
yang dijelaskan dengan apa yang terdapat dalam kitab Taurat dan Injil.
Tokoh-tokoh israiliyat misalnya Abdullah bin Salam, Wahab bin Munabbih, Ka’ab
bin al-ahkbar dan sebagainya.
Manhaj
para mufassir dalam menyikapi riwayat-riwayat israiliyat tersebut adalah
terbagi menjadi tiga yaitu:
a. riwayat yang tidak bertentang dengan
syari’at Islam dan sesuai dengan keshashihan Alquran, maka riwayat israiliyat
tersebut boleh kita ambil. Misalnya tentang sifat-sifat dan nama-nama Allah.
b. riwayat yang bertentangan dengan
syariat Islam dan dapat diketahui kedustaannya dalam Alquran, maka kita
dilarang untuk mengambilnya dan ditolak.
c. riwayat yang tidak terdapat penegasan
atas kebenaran dan kedustaannya makan didiamkannya, mislanya nama pemuda
ashabul kahfi dan sebagainya.
2. Perkembangan kajian Alquran yang
digeluti di luar dunia Islam sangat banyak baik dari segi ulum Alquran, sejarah
Alquran. Banyak orang-orang orientalis yang tertarik untuk meneliti Alquran
misalnya Abaraham Geiger yang mengatakan bahwa Alquran adalah perkataan
Muhammad, Theodere Noldeke tentang sejarah Alquran dan sebagainya. Dengan
banayaknya orang-orang luar Islam mengkaji Alquran semakin banyak juga para
pemikir dan tokoh-tokoh Islam yang menghasilkan karya monumentalnya untuk
membantah dan menguatkan bahwa Alquran adalah Firman Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad. Kajian tersebut juga dibuktikan secara ilmiah misalnya Muhammad
mustafa al’a’zami karyanya The History of Quranic Text, Taufik Adnan
Amal karya Rekontruksi Sejarah Alquran, dan sebagainya. Hal ini sangat
berdampak dan berpengaruh besar dalam peta kajian dan ranah studi Alquran yang
melahirkan para-para intelektual dalam studi Alquran. Lahir kajian lainnya
seperti Fazlurrahman dengan teori doble movement syahrur teori hudud
yang semuanya menggunakan kajian kontektualitas dan bernuansa hermeneutis.
3. Berbicara masalah tafsir nusantara
maka yang pertama sekali terlintas adalah seorang ulama yang bernama Abdurrauf
al-Singkili melalui karyanya yang bernama Turjuman al-Mustafid. Kitab Turjuman
al-Mustafid merupakan kitab tafsir pertama di Nusantara yang lengkap
ditulis 30 Juz dari Surat Al-Fatihah hingga surat An-Nas. Kitab Tafsir ini
ditulis pada akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18. Kemudian pada abad ke-19 dan
ke-20 baru muncul kitab-kitab tafsir lainnya seperti Marah Labib karya Syeik
Nawawi al-Bantani (kitab ini menggunakan bahasa Arab) Tafsir Al-Furqan karya A.
Hasan, kitab tafsir An-Nur oleh Hasby ash-Shiddiqiey, Tafsir Al-Azhar karya
Hamka, Tafsir Mahmud Yunus, Tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab, dan lain
sebagainya.
Kitab tafsir Turjuman
al-Mustafid menggunakan bahasa Melayu dengan tulisannya Arab Melayu. Kitab
Tafsir ini ditulis oleh Abdurrauf al-Singkili yang merupakan salah satu ulama
Aceh yang mengembangkan Islam di Aceh. Ia merupakan Qadhi Malik al-Adil
seperti penasehat kesultanan kerajaan yang pada saat itu dipimpin oleh seorang
ratu yaitu sulthanah Safiatuddin. Hal ini menunjukkan akan adanya keterkaitan
serta berpengaruh terhadap penulisan kitab tafsirnya. Sehingga menarik untuk
dilihat lebih lanjut terkait kitab Tafsir Turjuman al-Mustafid yang
merupakan kitab tafsir yang sangat berpengaruh besar dalam masyarakat pada saat
itu. Syeikh Abdurrauf As-Singkil berguru dengan ulama syeikh Mekkah, dan hal ini juga berpenagaruh
terhadap keilmuannya. Kitab tafsir ini juga ada yang mengatakan terjemahan dari
kitab tafsir baidhawi tafsir anwar wa at-tanzil wa asrar al ta’wil.
Selanjutnya, semangat dalam usaha
penafsiran dan penerjemahan Alquran tersebut merambah ke berbagai daerah yang
ada di Nusantara, seperti al-Ibriz li Ma’rifah al-Tafsir al-Qur’an al-Aziz
karya K.H. Bisri Mustafa dalam bahasa Jawa, Kitab Al-Qur’an Al-Karim
Terjemahan Bebas Bersajak Aceh karya Tgk Mahyiddin Yusuf, Tafsir Pase dan
sebagainya yang mewarnai khazanah tafsir di nusantara.
No comments:
Post a Comment